Hadiah Rancage
Ambu lama nggak nge-post ya?
**********
Hadiah Rancagé. Hadiah ini diberikan pada sastrawan yang menulis dalam bahasa daerah, khususnya dalam Bahasa Sunda, Bahasa Jawa, dan Bahasa Bali. Dengan tahun ini hadiah ini telah diberikan secara berturut-turut sebanyak 17 kali (bahasa Sunda), 12 kali (bahasa Jawa) dan 8 kali (bahasa Bali).
Bersamaan dengan hadiah Rancagé, juga diberikan Hadiah Samsudi. Yaitu penghargaan bagi buku bacaan anak-anak berbahasa Sunda. Tetapi sayang sekali, untuk tahun 2005 ini, penghargaan Samsudi tidak dapat diberikan karena selama tahun 2004 tidak ada buku anak berbahasa Sunda yang diterbitkan.
Saya baru ‘ngeh. Jadi, selama setahun ini, tidak ada buku bacaan anak berbahasa Sunda yang terbit? Apa susahnya sih? Kita kan berbahasa Sunda sehari-hari? (PS: Saya dan suami saya membiasakan ketiga anak saya berbahasa Sunda di rumah)
Ternyata, pertama, menulis bacaan untuk anak-anak itu memang sulit. Saya kok bisa-bisanya sih bilang ‘apa susahnya’. Padahal saya sendiri nggak bisa nulis dalam bahasa Sunda *melirik pada teh Pipiet Senja*
Kedua, sekarang anak-anak dari keluarga Sunda (artinya yang kedua orangtuanya dari Sunda, lahir di Sunda, tinggal di Sunda) sudah menganggap rendah pada bahasa Sunda. Mereka berbahasa Indonesia, lebih suka berbahasa Inggris daripada bahasa Sunda. Anak saya yang berbahasa Sunda juga nilai raportnya lebih bagus bahasa Inggris daripada bahasa Sunda. (PS: anak sekarang dari kelas I SD sudah punya 4 bahasa: Sunda, Indonesia, Inggris, dan Arab!!). Jadi, ketiadaan buku berbahasa Sunda tidak dianggap suatu ‘kehilangan’
Jadi, berbahagialah mereka yang ‘tidak punya suku bangsa’ alias sudah campur-campur. Karena mereka tidak punya kewajiban memelihara bahasa Ibu-nya, hiks .. hiks ..
Ambu Dian
Ambu-nya Devina, Diva, Daffa
**********
Hadiah Rancagé. Hadiah ini diberikan pada sastrawan yang menulis dalam bahasa daerah, khususnya dalam Bahasa Sunda, Bahasa Jawa, dan Bahasa Bali. Dengan tahun ini hadiah ini telah diberikan secara berturut-turut sebanyak 17 kali (bahasa Sunda), 12 kali (bahasa Jawa) dan 8 kali (bahasa Bali).
Bersamaan dengan hadiah Rancagé, juga diberikan Hadiah Samsudi. Yaitu penghargaan bagi buku bacaan anak-anak berbahasa Sunda. Tetapi sayang sekali, untuk tahun 2005 ini, penghargaan Samsudi tidak dapat diberikan karena selama tahun 2004 tidak ada buku anak berbahasa Sunda yang diterbitkan.
Saya baru ‘ngeh. Jadi, selama setahun ini, tidak ada buku bacaan anak berbahasa Sunda yang terbit? Apa susahnya sih? Kita kan berbahasa Sunda sehari-hari? (PS: Saya dan suami saya membiasakan ketiga anak saya berbahasa Sunda di rumah)
Ternyata, pertama, menulis bacaan untuk anak-anak itu memang sulit. Saya kok bisa-bisanya sih bilang ‘apa susahnya’. Padahal saya sendiri nggak bisa nulis dalam bahasa Sunda *melirik pada teh Pipiet Senja*
Kedua, sekarang anak-anak dari keluarga Sunda (artinya yang kedua orangtuanya dari Sunda, lahir di Sunda, tinggal di Sunda) sudah menganggap rendah pada bahasa Sunda. Mereka berbahasa Indonesia, lebih suka berbahasa Inggris daripada bahasa Sunda. Anak saya yang berbahasa Sunda juga nilai raportnya lebih bagus bahasa Inggris daripada bahasa Sunda. (PS: anak sekarang dari kelas I SD sudah punya 4 bahasa: Sunda, Indonesia, Inggris, dan Arab!!). Jadi, ketiadaan buku berbahasa Sunda tidak dianggap suatu ‘kehilangan’
Jadi, berbahagialah mereka yang ‘tidak punya suku bangsa’ alias sudah campur-campur. Karena mereka tidak punya kewajiban memelihara bahasa Ibu-nya, hiks .. hiks ..
Ambu Dian
Ambu-nya Devina, Diva, Daffa
0 Comments:
Post a Comment
<< Home