Blognya si Ambu

Thursday, October 19, 2006

Zupa-Zupa, Pemimpi, Spirit Walker

Kemaren bikin Zupa-Zupa Sup. Udah dari lama sih pengen bikin, tapi karena selalu bentrok dengan menu yang dipilih Abah (masa Zupa-Zupa Sup sama tumis kangkung atawa karedok leunca), sedang kemaren itu Abah bilang: ‘Mbu, sekali-sekali goreng kentang atuh buat makan’ nahhh, pas kan..

Jangan tanya resepnya, karena ini serba instan. Lihat prosedurnya di Blogfam, hihi..

Jo, enak kali kalau suhu -1° nyeruput Zupa-Zupa.. *ngedip-ngedip, ngabibita Jo*

*****

Sang Pemimpi

Buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi.

Photobucket - Video and Image Hosting

Andrea Hirata
Yogyakarta, Bentang, 2006
x + 292 hlm

Seperti buku pertamanya, Laskar Pelangi. Sang Pemimpi juga penuh adegan konyol. Lukisan keseharian Ikal, yang pada buku ini dilukiskan bertiga, Ikal, Arai, dan Jimbron. Arai itu anak yatim piatu yang masih bersaudara sepupu jauh dengan Ikal, dipungut ayah Ikal saat kelas tiga SD. Ia Simpai Keramat –istilah untuk orang yang Sebatang Kara—Agak aneh memang karena di Laskar Pelangi rasanya Arai tidak dilukiskan, tapi biarlah. Ini novel realis, bukan otobiografi.

Meski kalimat-kalimatnya mengungkapkan hal-hal konyol –kadang seperti dilebih-lebihkan—bab demi bab hampis selalu ditutup dengan manis. Hal-hal pahit selalu berujung manis. Buku menampilkan alur ‘berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian’ dengan baik. Kadang setelah tersenyum atau bahkan tergelak setelah membaca kekonyolan Ikal, Arai, dan Jimbron, kita dibuat terpana dan terdiam di akhir bab, terharu. Bahkan sampai menitikkan air mata.

Dan penutupnya, benar-benar membuatku menitikkan airmata SETIAP KALI membaca bagian ini (bahkan sewaktu akan meng-quote-nya!):


…Ia menatap kami penuh perasaan perih dan kerinduan. Kerinduan pada ayah-ibunya. Seumur hidupku tak pernah melihat Arai menangis, tak pernah melihatnya demikian. Air matanya berjatuhan membasahi bingkai plastik foto hitam putih ayah-ibunya, membasahi kertas tebal mengilat yang dipeganginya bergetar-getar. Kami masih berdiri mematung di ambang pintu ketika ia mengatakan dengan lirih, “Aku
lulus…”

Dadaku sesak menahankan rasa melihat wajah Arai. Jelas sekali keinginannya untuk memberitahukan kelulusan itu pada ayah-ibunya, pada seluruh keluarga dekatnya. Apalah daya, sang Simpai Keramat ini. Ia sebatang kara dalam garis keluarganya. Hanya tinggal ia sendiri. Pada siapa akan ia beritahukan, akan ia rayakan dalam haru dan gembira berkah yang sangat besar ini … [271]

Ada beberapa kelemahan sih, misalnya, di Glosary ada kata-kata yang tidak perlu, tapi waktu Ambu mau cari artinya ‘karung kecampang’ nggak ada di sana. Terus, perjalanan dia selama di UI nggak di tulis, cuma dibilang dia masuk UI, lulus dan kemudian melamar ke Sorbonne

*****

Spirit Walker

Juga buku kedua dari entah berapa buku, dalam seri Chronicles of Ancient Darkness

Photobucket - Video and Image Hosting


Michelle Paver
Matahati, 2006,
376 hlm

Waktu Ambu cari gambar cover untuk menemani review buku ini, kok beda ya antara buku aslinya dengan buku bahasa Indonesia? Lihat sendiri perbedaannya ..

Photobucket - Video and Image Hosting


Kalau dalam buku pertama, kalau tidak salah, dilukiskan dalam dua POV, Torak dan Serigala, dalam buku kedua ini ada 3 POV, Torak, Serigala, dan Renn, anak perempuan Klan Gagak.

Di buku ini keadaan mulai ‘terang’ untuk Torak, dia mulai mengetahui hal-hal yang disembunyikan darinya. Tetapi sekaligus mulai ‘gelap’ baginya. Karena hal-hal baru yang diketahuinya itu bermakna hitam. Siapa dia sebenarnya? Seorang apakah dia? Siapa sebenarnya Fa, ayahnya itu? Siapa sebenarnya Tenris? Seperti biasa mulai dikisahkan, di dalam cerita di mana tokohnya adalah anak --biasanya yatim bahkan yatim piatu. Berbagai misteri tersingkat.

Apa itu tokoroth? Seperti apa klanaroh? Spirit Walker? Jadi, bagaimana Torak bisa berbicara dengan serigala? Siapa Pemakan Arwah itu? Yang sudah biasa baca Harry Potter pasti kupingnya langsung tegak mendengar kata Pemakan Arwah, apanya Pelahap Maut? Lalu,tokoroth itu ilmu hitam yang sudah tidak dipelajari lagi, dementor? Horcruxes? Hihi, beda sih beda, tapi kupingku langsung tegak…

Senengnya baca POV Serigala. Lucu banget. Dia membahasakan Torak sebagai sesama serigala. Saudara, Wolf Brother, Saudara Sekawan. Tapi, sebagaimana dia membahasakan manusia, Serigala yang ini tidak punya ekor. TakBerekor. Torak adalah Tinggi TakBerekor. Dan Tinggi TakBerekor ini tidak punya ekor, kupingnya tidak bisa digerakkan. Dan Tinggi TakBerekor ini juga tidur lama sekali, sedang Serigala biasanya tidur sebentar-sebentar. Dan pengalamannya pertama kali keluar dari Hutan, menyeberangi Basah Besar alias Laut.

Membaca CoAD serasa kita masuk ke dalam dunia yang berbeda. Primitif tetapi masih asli, dan … pengen punya Serigala.

Ambu cari softcopy bahasa Inggrisnya ah, pengen tahu Pemakan Arwah itu apa dalam bahasa Inggris…

2 Comments:

  • Buku sang pemimpi dahsyat...
    membuat tak kuasa menahan tangis dan ledakan tawa. Dan alurnya lebih jelas dari laskar pelangi,

    Salam,

    Judith

    By Anonymous Anonymous, at 8:25 AM  

  • Aii.. senangnya, Ambu juga baca tetralogi ini ^ ^

    Rou juga tertawa-menangis membaca buku ini, hehehe..

    Dan quote terakhir, memang sangat menyentuh :)

    Tapi Ambu sudah baca review-nya Jakob Sumardjo di Kompas? Rather unfair, Mbu, kesel deh :(

    By Blogger rou, at 3:10 PM  

Post a Comment

<< Home