Blognya si Ambu

Friday, March 23, 2007

Deg-degan...

Kemaren bener-bener deg-degan. Biasanya kalau Ambu nonton PERSIB, selalu kalah. Makanya Ambu ga pernah nonton. Nanya aja sama yang nonton, sekarang skor-nya berapa.

Kemaren, ga ada orang di rumah. Jadi, gimana coba? Terpaksa Ambu nyalain tipi. Eh, malah kalah, 0-1. Matiin lagi.

Nulis lagi. Tapi penasaran. Nyalain lagi. Pas lagi istirahat, dan Ronny Patinasarani lagi ngebahas gol PSS. Walah, masih kalah atuh. Matiin lagi.

Ke belakang dulu. Ke dapur. Beres-beres. Nyuci piring. Nggak kerasa, waktunya udah abis. Nyalain tipi lagi. Ternyata para komentator lagi ngomongin, dan PERSIB udah menang 2-1. Walaaaaaah!

Dan besoknya di koran, judulnya juga sama dengan keadaan Ambu: Persib Bikin Deg-degan

Betewe, PSS itu julukannya Elang Jawa ya? Lha, kok hewan yang udah nyaris punah? Nanti kesebelasannya nyaris punah juga?
*ambu disambit shaven*
Iya, iya, ampun! Dan lagian, Elang Jawa itu udah nyaris punah, sedang Maung Bandung? Justru udah punah! Ga ada maung (=harimau) lagi di Bandung, kecuali di Kebun Binatang..

*****

Besok 24 Maret Hari Bandung Lautan Api. Sekarang yang sedang jadi topik hangat di Pikiran Rakyat adalah, apakah Mohammad Toha itu asli ada atau fiktif? Ada yang mengaku sebagai Eulis, dia yang di'jatuhi cinta' oleh M Toha, dan tak membalasnya. Berarti M Toha itu memang ada.

Yah, itu urusan para sejarawan. Bagaimana, ibu Profesor Nina Lubis?

Selain itu, siapa sebenarnya pencipta lagu Halo-Halo Bandung? Selama ini kita sebagai murid sekolah diberitahu bahwa HHB itu diciptakan oleh Ismail Marzuki. Tetapi ada pengakuan lain. Pak Kasur, misalnya, pernah mengatakan bahwa ‘Ah, bocah-bocahe dewe.’ ‘Bocah Batak,’ katanya. Kalau tidak salah namanya Tobing...,” katanya.

Lalu, ada yang mengklaim bahwa “Halo-Halo Bandung” merupakan ciptaan bersama para pejuang Bandung. Ceritanya, ada orang Batak, ada orang Ambon, yang turut berjuang. Di saat senggang, mereka bernyanyi bersama, dan lahirlah lagu ini. Kalau tidak, mana bisa ada kata 'sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau'?

Yah, urusan sejarawan lagi.

*Ambu ditimpuk oleh para sejarawan*

*****

Sudah lama terdengar bahwa Australia sebenarnya didemo masyarakat kalau mengadakan sirkuit F1. Lokasinya itu sebenarnya ditujukan untuk taman.

Sekarang desas-desus bahwa sirkuit Australia akan dipakai malam hari. Bukan siang hari seperti biasa. Soalnya (biasa, kapitalis) mereka yang berada di bagian belahan dunia yang lebih berkuasa (baca: Amerika dan Eropa) merasa tidak bisa menonton F1 di dini hari. Teu jiga urang, Sirkuit Amerika tengah peuting ge dibelaan begadang, nya!. Dan ini memicu kesulitan baru, kalau malam berarti akan ada lampu, dan lampu berarti akan mengganggu keseimbangan serangga/hewan lain di sekitarnya (kan ini tempatnya harus jadi taman, gitu).

Makanya, kemudian muncul usul baru, bagaimana kalau diadakan di Singapura saja.

Muncul pertanyaan baru di kepala Ambu.

Di Singapura? Di mana? Apa Singapura punya sirkuit?

Mungkin ada yang bisa menjawabnya?

2 Comments:

  • Zzz. Masa GP Aussie mau diadain malem?

    Trus GP Malay gimana? Malem juga?

    Dasar orang Amerika geblek. Hihi.

    Btw, emang geblek sih. Mereka maunya nonton siang mulu, nah kita, GP Amrik ama Kanada dibela-belain nonton malem. Begadang, bahkan Myu pernah ga tidur gara2 nonton itu. Zzz.

    Btw lagi, soal sirkuit di Singapura, setau Myu sih ga ada, tapi mungkin mau dibikin.. Ga tau lagi deh.

    Dan sirkuit Albert Park itu asalnya emang mau jadi taman, hence the name. Tapi kok Miyu lebih suka yang gitu yah, daripada sirkuit yang jalanan mulu dan ga ada pemandangan..

    By Blogger Myu-chan, at 12:30 PM  

  • Nggak tau tuh. Apa Singapura mau bikin kaya' Monaco. Tapi denger-denger, katanya sih iya.. Abis mau di mana? Kecuali kalau bikin tambahan lahan baru dengan pasir dari Indonesia, wekekek

    By Blogger ambudaff, at 1:04 PM  

Post a Comment

<< Home