Masih Totto-Chan yang dulu
... sudah lebih dari setahun Ambu nggak menulis di sini :P
Oke. Berapa di antara pembaca yang belum pernah baca Totto-chan: Gadis Kecil di Jendela?
Yang sudah pernah baca, kebanyakan jadi mupeng, pengen sekolah di gerbong itu, pengen jadwal pelajaran yang fleksibel gitu, dan sejuta pengen lainnya.
Tapi kali ini, Totto-chan sudah besar (telat sih, bukunya terbit 1997 di Jepang, hello! Kita ke mana aja selama ini, baru diterjemahkan tahun 2010?) sudah menjadi artis kenamaan, dan punya pekerjaan sampingan yang sama sekali tidak bisa dikesampingkan: Duta Kemanusiaan untuk UNICEF (1984-1997). Kesan-kesannya dijadikan buku juga: Anak-Anak Totto-chan: Perjalanan Kemanusiaan untuk Anak-Anak Dunia
Memang jarak antara kejadian, buku ini ditulis, dengan buku ini diterjemahkan, cukup jauh, tapi rasanya semua isinya tak bisa jadi out of date. Sampai saat ini, masih saja ada kejadian-kejadian yang seperti itu, yang bikin kita miris.
Seperti, baca bagian pertama, sebuah sajak untuk prolog, yang di antaranya langsung aja 'deg'! Baru nyadar!
Ironi. Bener-bener 'jleb', nancep dalem banget. Rasanya anak-anakku dari bayi udah diajarin 'gajah', diajarin 'jerapah'--keponakanku malah dari bayi punya kaos gambar gajah yang cuci-kering-pakai-cuci-kering-pakai, kaos kesayangan XD
Sementara anak-anak Afrika ini, yang hidup relatif dekat dibanding anak-anak kita, jusrtu tidak pernah tahu akan binatang-binatang itu. Hanya karena mereka tidak pernah melihat, karena mereka tidak cukup punya kekuatan untuk pergi melihatnya, karena mereka bahkan tidak punya fasilitas untuk melihatnya bahkan tanpa menyentuhnya (ei: buku/majalah, film/TV, seperti anak-anak kita yang normal). Untuk makan saja tidak bisa, jangankan untuk pergi melihat binatang itu ke tempatnya, jangankan untuk melihat binatang itu di majalah, jangankan untuk melihat binatang itu di TV.
Miris.
Bersyukurlah karena anak-anak kita tidak termasuk mereka. Dan mudah-mudahan kita bisa mendidik mereka untuk bersyukur ...
Baca buku ini, walau berulang kali, teuteup saja mata basah. Satu yang pasti menyedihkan:
Masya Allah! Sampai kepikiran begitu ya, menyimpan ranjau di mainan anak-anak. Benda yang tak akan dihindari, malah akan didekati, dipeluk, dan ... BUM! Benda-benda yang disimpan ranjau di dalamnya, seperti cone eskrim, coklat paskah, dus jus jeruk, jelas saja anak-anak akan mendekati. SIAPA SIH YANG PUNYA IDE IBLIS SEPERTI INI? Masya Allah ...
Baca buku ini memang perlu tisu, dan bukan hanya sekali, tapi tiap kali baca. *peyuk-peyuk Totto-chan* dia bahkan tahun 2009 kemarin mendapat plakat 25 tahun mengabdi di UNICEF sebagai Goodwill Ambassador. Mau tahu gajinya? Gajinya sebagai Goodwill Ambassador itu satu dollar sebulan *nyengir*
Oke. Berapa di antara pembaca yang belum pernah baca Totto-chan: Gadis Kecil di Jendela?
Yang sudah pernah baca, kebanyakan jadi mupeng, pengen sekolah di gerbong itu, pengen jadwal pelajaran yang fleksibel gitu, dan sejuta pengen lainnya.
Tapi kali ini, Totto-chan sudah besar (telat sih, bukunya terbit 1997 di Jepang, hello! Kita ke mana aja selama ini, baru diterjemahkan tahun 2010?) sudah menjadi artis kenamaan, dan punya pekerjaan sampingan yang sama sekali tidak bisa dikesampingkan: Duta Kemanusiaan untuk UNICEF (1984-1997). Kesan-kesannya dijadikan buku juga: Anak-Anak Totto-chan: Perjalanan Kemanusiaan untuk Anak-Anak Dunia
Memang jarak antara kejadian, buku ini ditulis, dengan buku ini diterjemahkan, cukup jauh, tapi rasanya semua isinya tak bisa jadi out of date. Sampai saat ini, masih saja ada kejadian-kejadian yang seperti itu, yang bikin kita miris.
Seperti, baca bagian pertama, sebuah sajak untuk prolog, yang di antaranya langsung aja 'deg'! Baru nyadar!
Anak-Anak Afrika Yang Tak Pernah Melihat Gajah
... padahal awalnya kami membayangkan
Anak-anak Afrika akan membuat gambar yang hidup
Gambar-gambar gajah, jerapah dan zebra
Tapi, bahkan di Afrika, binatang-binatang
Hanya mendiami daerah tertentu
Yang secara khusus dilindungi
Anak-anak yang tinggal di daerah itu
Mungkin tahu tentang binatang-binatang tersebut
Tapi bagi sebagian besar anak-anak
Tidak ada kebun binatang, tidak ada televisi
Dan tidak ada buku gambar
Jadi meskipun mereka tinggal di Afrika
Mereka tak tahu apa-apa tentang
binatang-binatang di benua itu
Namun anak-anak Jepang
Meskipun tinggal sangat jauh
Akan dengan mudahnya menggambar gajah
Dan mereka tahu zebra itu seperti apa
Akankah semua anak Afrika ini
Hidup sepanjang hidup mereka, lalu mati
Tanpa pernah tahu tentang binatang-binatang Afrika?
Ironi. Bener-bener 'jleb', nancep dalem banget. Rasanya anak-anakku dari bayi udah diajarin 'gajah', diajarin 'jerapah'--keponakanku malah dari bayi punya kaos gambar gajah yang cuci-kering-pakai-cuci-kering-pakai, kaos kesayangan XD
Sementara anak-anak Afrika ini, yang hidup relatif dekat dibanding anak-anak kita, jusrtu tidak pernah tahu akan binatang-binatang itu. Hanya karena mereka tidak pernah melihat, karena mereka tidak cukup punya kekuatan untuk pergi melihatnya, karena mereka bahkan tidak punya fasilitas untuk melihatnya bahkan tanpa menyentuhnya (ei: buku/majalah, film/TV, seperti anak-anak kita yang normal). Untuk makan saja tidak bisa, jangankan untuk pergi melihat binatang itu ke tempatnya, jangankan untuk melihat binatang itu di majalah, jangankan untuk melihat binatang itu di TV.
Miris.
Bersyukurlah karena anak-anak kita tidak termasuk mereka. Dan mudah-mudahan kita bisa mendidik mereka untuk bersyukur ...
Baca buku ini, walau berulang kali, teuteup saja mata basah. Satu yang pasti menyedihkan:
Anak-Anak Dijadikan Target Dalam Perang Bosnia-Herzegovina
... segera setelah pertempuran berakhir
Orang-orang kembali ke rumah mereka
Seorang gadis kecil pergi ke kamarnya
Langsung mengambil boneka kesayangannya
"Maaf aku tidak bisa membawamu bersamaku
Terima kasih sudah menunggu," mungkin begitu katanya
Mengambil mainannya untuk dipeluk
Saat itulah bom meledak
Lalu membunuh anak itu
Masya Allah! Sampai kepikiran begitu ya, menyimpan ranjau di mainan anak-anak. Benda yang tak akan dihindari, malah akan didekati, dipeluk, dan ... BUM! Benda-benda yang disimpan ranjau di dalamnya, seperti cone eskrim, coklat paskah, dus jus jeruk, jelas saja anak-anak akan mendekati. SIAPA SIH YANG PUNYA IDE IBLIS SEPERTI INI? Masya Allah ...
Baca buku ini memang perlu tisu, dan bukan hanya sekali, tapi tiap kali baca. *peyuk-peyuk Totto-chan* dia bahkan tahun 2009 kemarin mendapat plakat 25 tahun mengabdi di UNICEF sebagai Goodwill Ambassador. Mau tahu gajinya? Gajinya sebagai Goodwill Ambassador itu satu dollar sebulan *nyengir*
2 Comments:
*Merinding bacanya*
aku blm pernah baca. tp dr kutipannya membuat hati sedih. pasti nyiapin tissue kalau baca
tp iy loh. Perang sll menyedihkan
ga kebayang boneka, hadiah natal dan paskah yg harusnya bikin mereka tertawa justru membawa mereka ke alam lain T___T
KEJAAAAAAAAAAAAAAAAAAM!!!!
Astaghfirullah.. 1$/bulan? 0.lo
By Shireishou, at 6:28 AM
*peyuk-peyuk Shirei*
Trus, gaji $1 sebulan itu kan simbolis. Artinya, mereka bekerja sukarela untuk UNICEF, malah sering menggunakan nama/ketenaran mereka (Totto-chan ini kan artis ceritanya di Jepang) untuk ngumpulin dana.
By ambudaff, at 1:03 PM
Post a Comment
<< Home