Blognya si Ambu

Tuesday, September 10, 2013

Baka dalam Kenangan


 
Dapur di rumah ambu itu letaknya di luar bangunan utama, di belakang. Jadi, kalau subuh-subuh ambu bangun dan pergi ke dapur itu, berarti harus buka kunci pintu rumah dulu.
Biasanya si Baka udah nungguin dengan wajah memelas, lapar. Nggak sabar, langsung menerobos pintu, langsung menuju kulkas. Dia tahu kalau ikan pindang tongkol-nya disimpen di kulkas.

Atau, kalau dia abis berkelana ke mana-mana, dia justru nunggunya di pintu depan. Berarti agak telat, karena kalau pintu belakang dibuka sekitar jam 4, pintu depan paling dibuka jam 5 atau bahkan jam 6 pas anak-anak mau keluar pergi ke sekolah.

Hari itu, 28 Agustus 2013, dia nggak ada di pintu belakang. Pas ambu buka, nggak ada yang ngeong-ngeong (kalau dia ada di atas rumah, di atas genteng, dia akan mengeong-ngeong yang keras: ‘tunggu aku, tunggu aku’ dan dia bergegas turun dari genteng via pohon cemara. Iya beneran, dia sekarang ahli naik juga ahli turun pohon, nggak perlu diturunin pake tangga pemadam kebakaran XP)

Yah, mungkin dia ada di pintu depan, pikir ambu, dan mulai beres-beres seperti biasa, ngangetin makanan, nyiapin bekel, bikin susu, dll.
Beres semua, anak-anak mau pergi, Daffa yang pertama, jam 5.45 biasanya, dia buka pintu depan dan teriak, “mBuuuuu, ini ada si Baka!”
Biasanya ga perlu teriak karena Baka udah nyelonong aja masuk, lari biasanya, karena untuk ke belakang, ke dapur, dia perlu melewati ruang tengah, sedang di ruang tengah itu biasanya udah ada Abah, dan Baka paling takut sama Abah XDD Jadi dia biasanya secepat mungkin melewati ruang tengah, menghindar dari Abah.

Hari itu, dia diem aja di kursi depan.

Mesti dipangku dulu sama Karin, anakku yang tengah, dibawa ke dapur. Ternyata dia nggak mau makan sama sekali! Dikasih pindang, nggak mau, dikasih susu, bahkan nggak diendus-endus. Coba dikasih merah telur, biasanya diabisin sampai bersih licin tempatnya, ini bahkan nggak diliat-liat acan.

Kenapa ya?

Sampai siang, nggak tau dia kenapa nggak mau makan. Merah telurnya dipaksain dikasih, dimakan juga sih, abis dicekokin. Tapi paling cuma berapa suap. Trus susu juga, cuma beberapa sendok.

Tapi dia masih aktif. Emang sih nggak lincah seperti biasa, tapi dia masuk naik turun, jalan-jalan, naik genteng dan berakhir di depan rumah, dan seterusnya. Jadi, walau rada khawatir, nggak ada kecurigaan apa-apa.
Besoknya, masih sama. Dan dia sama sekali nggak jauh-jauh dari rumah. Cuma kadang di ada di depan, kadang dia ada di belakang. Berarti dia masih bisa naik-naik pohon dan berkelana di genteng.

Jumatnya, semakin nggak mau makan. Udah sih itu dipaksa dicekokin susu, air gula, air biasa (khawatir dehidrasi). Yasudah, sehabis pertemuan orangtua-guru di sekolahnya Karin, ambu+Karin+Devina bawa Baka ke dokter hewan.

Diagnosanya sih panas, demam. Dikasih obat yang dimasukin via infus. Trus dikasih obat yang harus dimakan 2x sehari, biar udah sembuh dalam 3 hari juga obatnya harus tetep diabisin. Antibiotik.

Yaudah. Bawa pulang. Dimanja-manja, dia emang sukanya tidur deket kita, kecuali kalau lagi ada Abah XD

Sabtu suhu badannya turun, tapi dia tetep nggak mau makan. Minggu juga, sementara Minggu kami nganter Devina ke Jatinangor soalnya besoknya dia harus kuliah (tapi ternyata pulang lagi abis pengen menghadiri kondangan tetangga neneknya di Kopo, udah akrab sih XD) Minggu malem itu terakhir Devina ketemu Baka, ngasih obat dan dipeluk-peluk, karena terus ditinggal kondangan dan Baka-nya malah entah ke mana, jalan-jalan.

Senin pagi, biasanya dia ada di sekitar, walau dia udah berapa hari ini nggak mau makan. Tapi pagi itu dicari kemana-mana, nggak ada. Ambu sampai bolak-balik pintu depan-pintu belakang lebih dari 12 kali dalam waktu sejam, tapi nggak ketemu juga. Jadilah Devina pergi ke Jatinangor.

Begitu mobilnya membelok di perempatan, kedengaran suara mengeong-ngeong. Baka! Ternyata dia dari tetangga ujung jalan buntu (rumahku letaknya di jalan buntu) abis gath kali dia XP karena tetanggaku yang itu emang pelihara dan sayang kucing, jadi temennya Baka di situ banyak.

Biasanya dia dari situ lari-lari, kali ini dia udah lemes kali ya, udah berapa hari ini nggak mau makan, jadi jalan aja. Sampai disamperin sama ambu, dipangku dibawa pulang.

Dikasih makan, masih nggak mau. Dicekokin minum aja, air biasa, air gula, dan antibiotiknya. Abis itu, dia maunya dipangku terus! Trus tidur. Trus pengen turun dari pangkuan, bobo di karpet. Trus pengen bobo di kamarnya Devina, seolah dia nyari orangnya (lah, orangnya dari tadi nyari kamu, sekarang sih udah di Jatinangor...) Biasanya dia bobo di lantai, di kolong kursi belajar. Sekarang dia tiba-tiba pengen bobo di kasur!

Tidur beberapa lama, trus pindah ke kamar Daffa, di kolong tempat tidur seperti biasa.

Trus siangnya dia pergi lagi.

Nah ini yang bikin ambu rada nggak percaya dia udah pergi: kelihatannya dia sehat-sehat aja. Selain kenyataan bahwa dia nggak mau makan, dan kalau dipangku kerasa dia jadi ringan, nggak akan ketahuan kalau dia itu lagi sakit! Bulunya kan lebat, jadi pengurangan berat badan nggak gitu kelihatan kalau sama yang nggak mangku sih.

Siangnya pergi, trus nggak lama dia pulang lagi. Bobo lagi. Dicekokin air lagi. Trus dia keluar, duduk-duduk di rumput. Mulai ketahuan kalau dia meler. Trus ya dibersihin sama tisu, walau dia menolak dengan keras.

Makin sore, dan dia masih berkelana di kebun, ternyata melernya bercampur darah. Persis Daffa kalau lagi flu sekaligus mimisan, jadi dari hidung itu penuh ingus bercampur darah. Napasnya juga jadi lewat mulut. Nah lho!

Ya udah, selain itu ambu kan SMS-an sama Devina, ambu bilang besok mau dibawa lagi ah ke dokter. Lagipula, saat itu Abah pulang, dan minta makan malamnya sore-sore aja. Jadi ambu nyiapin nih. Sempet ngeliat kalau Baka berkelana di kebun, bobo di bawah pandan.

Selesai magrib, tadinya Baka mau ditangkep, mau dicekokik obat, ternyata dia dateng sendiri, jalan dari  bawah pandan, naik ke bale-bale, naek ke pangkuan. Ya udah ambu siapin, obatnya, tisu, waslap dibasahin, air. Pelan-pelan dibersihin idungnya walau dia menolak, trus dikasih obat. Dan napasnya makin keras, lewat mulut bukan lewat hidung.

Udah bersih, udah dikasih obat, udah dikasih air, dia maunya bobo di pangkuan. Karena Abah udah makan malem tadi, jadi ambu rada tenang, mangku dia sampai sekira setengah jam. Kelihatan udah nyenyak bobo, dan ambu mulai pegel, ambu pindahin dia ke keranjang (tadi sempet dipindahin ke keranjang dan dia balik lagi ke atas pangkuan XD) dan dia bobo.

Ambu masuk, dan Abah minta dibikinin jus. Ya ambu keluar lagi, ke dapur, sekalian mang Ujang—yang suka kerja di rumah—ambu suruh makan. Pas dia keluar, ternyata Baka juga keluar dari keranjang, jalan pelan-pelan ke rumput, deket lantai.
Ternyata—huweeee!
Jadi melernya sekarang udah bukan ingus campur darah lagi, tapi darah beneran. Cuma sekali-duakali, trus dia batuk-batuk, dan dia pergi, huweeee!

Nggak percayanya itu karena dia kelihatan masih seger, masih naik-naik, masih jalan-jalan ke sana ke mari. Nggak seperti Mimineyon, nggak seperti Dede Kuro, nggak seperti kucing-kucing lain, yang kalau udah sakit itu kelihatan payah, tidur melulu; kalau ini sih enggak! Tanda-tanda dia sakit itu cuma bahwa dia nggak mau makan, dari Rabu (28/08-2013) sampai dia pergi Senin (02/09-2013) itu berapa hari coba. Semua kucing di rumah ini yang nggak mau makan, pasti berakhir dengan ‘pergi’, huhuhu...

Makanya baru sempet nulis ini juga, sekarang udah tanggal 10, tapi masih berharap dia muncul dan mengeong minta makan, atau pengen digaruk-garuk (kucing paling manja itu ya dia!). Nggak bisa move on.

Sampai ada ‘teori Baka’: jika kau duduk di kursi dapur, maka Baka akan mendekatimu, naik ke pangkuanmu, melingkar, dan minta digaruk-garuk. Jika kau turunkan dia, maka dia akan segera naik lagi ke pangkuanmu, hihi.

Makanya kalau ambu lagi di dapur dan lagi sibuk goreng-goreng, biasanya ambu minta Devina (saat lagi libur) atau Karin untuk nemenin di dapur, bukan untuk bantuin, tapi untuk mangku Baka dan garuk-garuk belakang telinganya XD

Yah, mungkin dia sekarang lagi sibuk main sama Dede Kuro dan Mimineyon di sono. Baik-baik di sana ya!

3 Comments:

  • Kucing kalau udah sayang sama majikannya emang kayak gitu kali ya, kalau udah mau "lewat" langsung pergi dr rumah, ga mau ngerepotin majikannya :')

    By Blogger Unknown, at 12:02 PM  

  • Ambu, mestinya dirawat inep itu.

    Si Kunyit jg kalo demam, aku tinggal di dokter buat diinfus.

    By Blogger Loopeen, at 12:07 PM  

  • @ Citra: T_T

    @ Trinie: iya kaya'nya gitu mestinya T_T

    By Blogger ambudaff, at 12:57 PM  

Post a Comment

<< Home