[And Then There Were More] Lucy Eyelesbarrow
Ditulis untuk mengikuti Blog Event: The Labours of Grey Cells kategori karakter favorit
Pertama kali mengenal Agatha Christie itu, waktu SMA. Lupa kapan, sekitaran 1984-1987. Sekali baca, langsung kepincut. Dan, khusus untuk buku-buku Agatha Christie, kebiasaan Ambu saat buku, tidak berlaku. Terutama untuk buku-buku yang agak-agak membosankan. Apa coba? Yep, mengintip halaman terakhir! Kepo, ingin tahu akhirnya.
Khusus untuk Agatha Christie, ini tidak berlaku. Pertama, ceritanya tidak ada yang membosankan. Mengalir begitu saja, tau-tau abis aja. Nggak sempet ngintip halaman terakhir, tau-tau sudah sampai saja di halaman terakhir! Kedua, ya penasaran aja. Nggak malu untuk mengakui: sampai sekarang dari sekian banyak buku Agatha Christie yang saya baca, tidak ada satupun yang tebakan pertama mengenai pelakunya, benar. Selalu saja meleset! Tapi, ya itu, setiap baca buku Agatha Christie yang baru, begitu mulai beberapa halaman--atau beberapa bab--menetapkan kira-kira pelakunya X, dan begitu sampai di akhir, ternyata bukan. Hihi.
Begitu juga waktu baca Kereta 4.50 dari Paddington. Lupa sih, siapa yang saya tebak sebagai pelakunya, tetapi yang utama, selama membaca, saya juga terus-terusan berdoa semoga bukan Lucy Eyelesbarrow! Ada kan, beberapa judul di mana tokoh yang kita pikir baik-baik, ternyata justru dia pelaku pembunuhannya! Bukan Lucy, bukan Lucy, bukan Lucy, begitu kira-kira saya berharap.
Entah kenapa, saya jatuh hati pada Lucy! Perkenalan dengannya saja sudah membuat jatuh hati:
Yaps, dia pembantu rumah tangga! Dan Miss Marple memerlukannya untuk masuk ke Rutherford Hall, rumah yang Miss Marple curigai sebagai penyimpan mayat yang dilempar dari kereta 4.50 dari Paddington. Dan Lucy menerima tugasnya karena dia suka pada Miss Marple!
Suka sekali membaca deskripsi Agatha tentang saat Lucy bekerja. Terutama saat sedang menyiapkan makanan. Bagaimana dia bertindak dalam rumah, bagaimana dia bersikap. Waktu makanan yang ia siapkan disebut beracun, udah deg-degan aja, jangan sampai memang dia pembunuh--yang seterusnya, bukan yang pertama, karena yang pertama itu sudah jelas dilihat Elspeth McGillicudy sebagai laki-laki berambut hitam. Er... walau kemungkinan penyamaran ada aja sih XD
Suka dengan interaksinya dengan dua anak muda, Alexander Eastley dan James Stoddart-West. Suka juga interaksinya dengan ayah dari Alexander, Bryan Eastley.
Satu hal yang saya sukai dari penulisan Lucy di sini adalah, dia punya banyak hal yang bisa membuatnya jadi Mary Sue, tetapi Agatha Christie pandai meramu kata untuk membuatnya menjadi sangat menyenangkan. Biasanya kalau tokoh dengan ciri-ciri Mary Sue muncul, bawaannya jadi sebel aja!
Lalu, apakah benar kemungkinan Lucy yang menjadi pembunuhnya?
Hihi. Selamat membaca, mudah-mudahan Lucy menjadi favoritmu juga XD
Mencari gambar filmnya, ingin tahu seperti apa Lucy Eyelesbarrow digambarkan
Pertama kali mengenal Agatha Christie itu, waktu SMA. Lupa kapan, sekitaran 1984-1987. Sekali baca, langsung kepincut. Dan, khusus untuk buku-buku Agatha Christie, kebiasaan Ambu saat buku, tidak berlaku. Terutama untuk buku-buku yang agak-agak membosankan. Apa coba? Yep, mengintip halaman terakhir! Kepo, ingin tahu akhirnya.
Khusus untuk Agatha Christie, ini tidak berlaku. Pertama, ceritanya tidak ada yang membosankan. Mengalir begitu saja, tau-tau abis aja. Nggak sempet ngintip halaman terakhir, tau-tau sudah sampai saja di halaman terakhir! Kedua, ya penasaran aja. Nggak malu untuk mengakui: sampai sekarang dari sekian banyak buku Agatha Christie yang saya baca, tidak ada satupun yang tebakan pertama mengenai pelakunya, benar. Selalu saja meleset! Tapi, ya itu, setiap baca buku Agatha Christie yang baru, begitu mulai beberapa halaman--atau beberapa bab--menetapkan kira-kira pelakunya X, dan begitu sampai di akhir, ternyata bukan. Hihi.
Begitu juga waktu baca Kereta 4.50 dari Paddington. Lupa sih, siapa yang saya tebak sebagai pelakunya, tetapi yang utama, selama membaca, saya juga terus-terusan berdoa semoga bukan Lucy Eyelesbarrow! Ada kan, beberapa judul di mana tokoh yang kita pikir baik-baik, ternyata justru dia pelaku pembunuhannya! Bukan Lucy, bukan Lucy, bukan Lucy, begitu kira-kira saya berharap.
Entah kenapa, saya jatuh hati pada Lucy! Perkenalan dengannya saja sudah membuat jatuh hati:
Di kalangan tertentu, nama Lucy Eyelesbarrow sudah tak asing lagi.
Lucy Eyelesbarrow berusia tigapuluh dua. Semasa kuliah di Oxford, ia selalu nomor satu di bidang matematik. Orang mengagumi otaknya yang brilyan dan diam-diam mengharapkan dia akan mengukir karier hebat di bidang akademik.
Tetapi Lucy Eyelesbarrow, selain cemerlang di bidang akademik, ternyata juga cukup punya akal sehat. Dilihatnya kehidupan akademik tidak mendapat penghargaan yang sepantasnya. Ia tak berminat mengajar dan lebih suka berurusan dengan orang-orang bodoh yang otaknya sama sekali tidak cemerlang. Pendek kata, ia suka bergaul dengan manusia, segala macam manusia--dan bukan orang yang sama terus-menerus. Terus terang, ia juga suka uang. Untuk mendapat uang, orang harus memanfaatkan kebutuhan.
Maka segera saja Lucy Eyelesbarrow menemukan kebutuhan yang amat serius--kebutuhan akan tenaga pembantu rumah tangga yang terampil di segala bidang. [...] Sudah jamak para istri berkata dengan ceria kepada suami mereka: "Beres. Aku bisa ikut kau ke Amerika. Aku sudah punya Lucy Eyelesbarrow!" [hlm 46-47]
Yaps, dia pembantu rumah tangga! Dan Miss Marple memerlukannya untuk masuk ke Rutherford Hall, rumah yang Miss Marple curigai sebagai penyimpan mayat yang dilempar dari kereta 4.50 dari Paddington. Dan Lucy menerima tugasnya karena dia suka pada Miss Marple!
Suka sekali membaca deskripsi Agatha tentang saat Lucy bekerja. Terutama saat sedang menyiapkan makanan. Bagaimana dia bertindak dalam rumah, bagaimana dia bersikap. Waktu makanan yang ia siapkan disebut beracun, udah deg-degan aja, jangan sampai memang dia pembunuh--yang seterusnya, bukan yang pertama, karena yang pertama itu sudah jelas dilihat Elspeth McGillicudy sebagai laki-laki berambut hitam. Er... walau kemungkinan penyamaran ada aja sih XD
Suka dengan interaksinya dengan dua anak muda, Alexander Eastley dan James Stoddart-West. Suka juga interaksinya dengan ayah dari Alexander, Bryan Eastley.
Satu hal yang saya sukai dari penulisan Lucy di sini adalah, dia punya banyak hal yang bisa membuatnya jadi Mary Sue, tetapi Agatha Christie pandai meramu kata untuk membuatnya menjadi sangat menyenangkan. Biasanya kalau tokoh dengan ciri-ciri Mary Sue muncul, bawaannya jadi sebel aja!
Lalu, apakah benar kemungkinan Lucy yang menjadi pembunuhnya?
"Bagaimana dengan Lucy Eyelesbarrow? Lonceng pernikahan juga?"
"Mungkin," kata Miss Marple, "saya takkan heran."
"Yang mana yang akan dipilihnya?" tanya Dermot Craddock.
"Anda tak tahu?" balas Miss Marple.
"Tidak," kata Craddock. "Anda tahu?"
"Oh ya, saya kira saya tahu," kata Miss Marple.
Dan matanya berbinar menatap [SPOILER]
Hihi. Selamat membaca, mudah-mudahan Lucy menjadi favoritmu juga XD
2 Comments:
hmm....lumayan suka paddington, cuma penasaran...akhirnya si lucy jadian sama siapa ya? blogwalking salam kenal sesama fans^^
By Ani, at 10:26 AM
4.50 from Paddington.......belum pernah baca :p
Nggak terlalu suka sama Miss Marple sih hehehe
Kayaknya semua novel Agatha Christie yang Hercule Poirot sudah aku baca semua.
Btw, aku pernah sekali nebak pembunuh di novel Agatha Christie Di novel Roger Ackroyd Dies, dan langsung benar! *bangga*
By Anindya Tejo, at 12:18 AM
Post a Comment
<< Home