Blognya si Ambu

Tuesday, August 12, 2008

Alhamdulillah...

Alhamdulillah,

Setelah seharian nggak ada telepon masuk, Ambu udah pasrah aja. Ya, berarti nggak dipanggil tahun ini. Berarti tahun depan. Ternyata ... jam 5 sore ada telepon juga dari Bank. Masuk untuk tahun ini. Alhamdulillah.

Yang jadi pikiran Ambu itu, pasti orang Bank bingung. Di satu pihak katanya kuota yang dipakai kuota kota/propinsi, seperti yang diputuskan dalam SK Gubernur. Tapi kemudian ada lagi keputusan PUTN yang menunda berlakunya SK Gubernur itu. Yang dipakai kuota propinsi seperti propinsi-propinsi lain. Jadi, yang mana nih yang dipakai?

Memang ada dilema di sini. Kalau kita memakai kuota propinsi, yang biasanya pake kuota adalah orang-orang di kota Bandung dan Bekasi. Bekasi itu, pastinya banyak limpahan dari Jakarta. Bayangin aja, dari sekian belas ribu penduduknya, ada 6100 calhaj. Gimana bisa coba, setengah penduduknya mau naik haji? Pasti limpahan dari Jakarta deh. Ini yang dicoba diredam oleh SK Gubernur. Memberi kesempatan pada mereka yang berasal dari kabupaten terpencil. Coba, kalau di Bandung atau di Bekasi, keputusan baru diedarkan, pasti udah langsung tahu, semua media informasi sampai internet aja ada di situ. Sedang yang di Tasikmalaya, Ciamis, Garut ... apalagi yang naik hajinya jual sawah sedang dia sendiri berdiam di kaki gunung, yang ga ada telepon, dan harus datang ke kantor camat untuk mengetahui berita terbaru? Ya jelas bakal kalah dalam memperebutkan kursi.

Makanya Gubernur (Danny waktu itu) mengeluarkan SK bahwa kuota itu berlaku kota/kabupaten, jadi sesuai dengan jumlah penduduk kota/kabupaten itu. Dan salahnya, SK itu diberlakukan tahun ini juga, padahal SK-nya keluar terakhir begitu Danny mau mundur. Cuma dalam ... beberapa minggu kalau nggak salah. Ya .. jadi bom waktu atuh. Seharusnya berlaku untuk tahun depan, jadi orang juga siap-siap.

Yah, kita lihat saja nanti, daftar pelunasan tahun ini berdasarkan yang mana.

*****

Sabtu kemarin, ngobrol-ngobrol dengan Myu dan GunZ, dan terpikirkan, kenapa produk-produk anak (makanan kecil, dll) biasanya berhadiah mainan? Sampai yang mahal sekalipun, misalnya PS3, PS2, HP, dan entah apa lagi.

Kenapa nggak ada yang berhadiah buku?

Kalau PS3 harganya 5 juta (er, berapa sih PS3? Hihi) kan bisa dijadiin satu set ensiklopedi tuh. Ensiklopedi anak kan banyak macamnya. Atau, hadiahnya berupa voucher yang bisa dituker di toko buku tertentu (Gramedia kan nggak di semua kota ada). Kan keren tuh, dapet hadiah buku sejumlah 5 juta, wuih, mau dong!

Kenapa belum ada pemikiran seperti ini ya, di antara produser makanan/keperluan anak? Kalau ngeliat iklan di majalah Bobo, wuih, dari mulai susu, eskrim, makanan kecil ... hadiahnya PS3, PS2, HP, laptop, sepeda, ... Memang ada hadiah berupa buku, tapi isinya kebanyakan buku gratis (dongeng atau buku kreatif) yang diberikan gratis kalau beli susu sejumlah tertentu. Ada juga dulu buku/VCD tentang orang terkenal/penemu, produsernya juga dari susu itu, dan di buku itu ada tulisan/lambang produk itu. Maksudku bukan yang seperti itu, tapi buku yang memang ada di toko buku.

Misalnya, hadiah dari undian susu X, voucher sejumlah Rp. 1 juta, nah si anak kan jadi bisa beli satu set Harry Potter hard cover. Atau dia pengen beli satu set Twilight, satu set Bartolomeus, dan seterusnya. Jadi anak dididik untuk suka membaca, bukan anak diiming-imingi untuk main PS3 ...

Ga taulah ...

0 Comments:

Post a Comment

<< Home