Blognya si Ambu

Tuesday, October 07, 2008

Mirror Mirror on the Wall...

Yah .. post pertama sejak Lebaran (itu jangan diitung ya, *nunjuk-nunjuk post PERSIB* hihi)

Hari kedua ke Panjalu, pulang pergi. Biasanya acaranya diterusin ke Cirebon, tapi tahun ini enggak. Yang ke Panjalu-nya juga hanya Ambu dan Abah, Papuh dan Ena. Dari Cicalengka udah macet, nyampe turunan Nagreg tiga jam. Di pertigaan yang menghubungkan Wado, polisi udah teriak-teriak pake megaphone, Nagreg macet 6 kilometer.

Weis, 6 kilometer ditempuh dalam 3 jam. Pulangnya lewat Wado aja, lancar meski gelap-gelapan. Kenapa Lebaran nggak pernah terang bulan ya?
*ditakol*
Sabtunya koran udah terbit, dan ternyata kemarinnya itu di Nagreg macet 20 kilometer… :P

OK, mau resensi buku nih …


MIRROR MIRROR ON THE WALL


Poppy D Chusfani
Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, September 2008
174 hlm

Ceritanya ringan-ringan berat. Hihi .. Nilai plusnya adalah, bahasanya mengalir, tapi tidak dipenuhi oleh bahasa abegeh. Banyak penulis muda mengira, bahasa yang mengalir itu adalah bahasa gaul. Ya iya untuk anak-anak muda Jakarta, bagaimana kalau untuk anak-anak Klaten, Woloan, … Sedang MMotW ini bahasanya universal. Cie .. cie ..

Buku ini agak berbeda dibandingkan The Bookaholic. Kisahnya bertutur dalam kehidupan sehari-hari, cuma Karin itu ’kebetulan’ saja keturunan Ki Demang Mas Kertadisastra, dan suatu hari setelah bersih-bersih gudang, nemu cermin tua. Cermin ini yang jadi pokok kisah.

Karin sendiri sebetulnya remaja biasa, remaja yang di-bully, tapi pengen eksis. Mulanya cermin ini hanya seperti tempat curhat biasa, dengan host Nyi Rajadharma, Nyi Rajasutri, dan Nyi Rajasita, lama kelamaan ada yang mereka lakukan juga ...

Karena Karin pernah masuk ke alam gaib setelah masuk ke dalam cermin, maka dia juga bisa melihat ’guardian angels’-nya yang berwujud ... dua ekor macan betina. Euh, pengeeeen! *peluk-peluk Cangra dan Wulung* Kocaknya, keduanya tak henti-hentinya bertengkar bagaimana cara yang baik untuk melindungi majikannya ini. Cangra sok jaim, sementara Wulung persis ABG. Lihat bagaimana mereka memperkenalkan diri:

"Oh, maaf,” kata si putih. ”Perkenalkan, aku Cangra.”

”Aku Blackie.”

Ehem!” Si macan putih melirik sebal pada si macan
hitam.

”Apa?”

”Sebutkan nama aslimu, Blackie!”

Si macan hitam mendesah sambil memutar bola matanya. ”Oke, aku Wulung.”

Dan macan juga bisa tersenyum! *peluk-peluk Cangra*

Teman Karin sejak kecil adalah seorang blasteran Belanda, Shawn, dan pada saat ia diberi tahu bahwa Karin dijaga Cangra dan Wulung, hihi .. dia dipanggil apa sama Wulung?



”Percaya sajalah, Jang,” kata Wulung sehingga membuat Shawn terlompat.

Wekekek! Ujang! Ambu ngebayanginnya, kalau ini difilmkan, film animasi, maka pengisi suara Wulung itu pantesnya Eddie Murphy. WALAU Wulung itu macan betina :P

Adegan Bu Sisca saat Karin nembang di saat audisi paduan suara, mengingatkan Ambu pada Profesor McGonagall saat ia menemukan Seeker baru:



”Temui saya di ruang guru setelah audisi ini selesai,” katanya. Kemudian ia menatap Triana. ”Tri, kita telah menemukan solois baru.”

Entah mengapa, yang terbayang itu Profesor McGonagall ngomong ke Oliver Wood, ”Kita telah menemukan Seeker baru.”

Hehe. Dasar Pottermania!

Inti buku ini adalah bagaimana Karin menemukan kepercayaannya sendiri, bukan dengan bantuan cermin atau apapun. Dan seperti biasa, Arwen nggak ingin ada pairing, nggak mau ada pacaran dalam bukunya :P

Quote lain, Ki Belang setelah pertemuan minta tolong Cangra, Wulung, pada Intan dan Kecubung:



“Kita sudahi pertemuan ini dengan peribahasa: Hirup ulah manggih tungtung, perlaya ulah manggih beja,” Ki Belang berdeklamasi.

“Ng … apa hubungannya peribahasa itu dengan masalah ini, Ki?” tanya Wulung.

“Nggak ada. Saya hanya suka peribahasa itu.”

Hihi... Macan tua itu juga bisa ngabodor...

Lalu, sehabis pertempuran:



Shawn memeluk Karin. Karin memeluk Lis. Lis memeluk keduanya. Lama mereka bersimpuh di lantai seperti itu. Karin tak ingin Lis dan Shawn melepaskan pelukan mereka.

”Ahem!”

Karin, Lis, dan Shawn menoleh, melihat Wulung menatap mereka dengan paras tak sabar.

”Aku benci menyela momen Teletubbies ini, tapi rasanya aku butuh pertolongan.”

”Ada apa?” tanya Cangra.

”Jarum rajut Rajasita,” jawab Wulung, ”masih menancap di pantatku.”

Wekekekek!
*peluk-peluk Wulung*

Dan saat Wulung berusaha menyanyi di akhir cerita, kebayangnya Eddie Murphy sebagai Donkey dalam Shrek, tak mempedulikan pendapat orang, teuteup aja nyanyi ...

Yah, sekarang karena Ambu udah baca buku kedua, buku ketiganya udah boleh beredar *ditakol* hihi. Btw, itu mata di sampul buku ketiga ... mengingatkan Ambu pada mata ... Saphira, Thorn, dan Glaedr :P


Buku berikutnya:


THE LAST LECTURE
Randy Pausch
Jakarta, Ufuk Press 2008-10-07
viii dan 305 hlm


Waktu dulu Aki sering bilang begini: Bangunlah dengan senyum, maka kau akan tersenyum sepanjang hari, sedang kalau kau merengut, maka kau akan merengut sepanjang hari. Kira-kira gitu terjemahannya, dari bahasa Sunda.

Buku ini memaparkan semangat yang sama: orang yang divonis hanya tinggal punya waktu tiga bulan karena kanker pankreas, menatap kehidupan dengan senyum. Bukan berkeluh kesah, tapi justru menyiapkan segala sesuatunya agar bila ia tiada, Jai istrinya dekat dengan keluarganya, bila ia tiada, anak-anaknya masih bisa merasa ia mengawasi, dan seterusnya.

Tercekat juga waktu baca soal Kapten Kirk. Waktu baca dia mengasuh keponakannya dengan mobil baru yang boleh diapain aja, dimuntahi juga nggak apa-apa. Waktu dia menulis lema untuk World Book. Waktu dia jadi Imajineer Disney. Waktu muridnya berhasil masuk tim Star Wars…

Sayang Ambu belum sempet nonton VCD-nya, abis player terus-terusan dikuasai anak-anak dengan Avatar: The Last Air Bender :P Dan sori gambarnya butut, soalnya Ambu nggak nemu gambar sampul bukunya yangberbahasa Indonesia, sampul aslinya beda gambarnya.



LASKAR PELANGI

Yang ketiga, bukan buku tapi film. Euh! Belum puas! Kaya’nya mesti nonton tiga sampai empat kali deh!
*peluk-peluk Lintang*
*peluk-peluk Ikal*
*peluk-peluk Mahar*
*peluk-peluk Buaya*
hihi..

Sayang memang, ada yang dipotong, nggak di-shoot, tapi kalau semua adegan mesti masuk, mesti berapa jam filmnya?

Memberi sebanyak-banyaknya, bukan menerima sebanyak-banyaknya. Nah lho, kalau dibalik itu kan jadi semboyan para koruptor sekarang!

Dan kenapa di poster yang terpampang itu nama pemeran dewasa semua? Mestinya keduabelas nama anak dulu, baru Cut Mini lalu Ikranegara. Yang lain kecil aja di bawah. Ini sih, nama anak cuma tiga orang, baris ke sekian lagi. Sementara Lukman Sardi gede-gede di atas, padahal mainnya cuma beberapa menit, teatrikal lagi! Kalah wajar sama anak-anak Belitong, sama anak-anak Gantong!

Tora Sudiro main serius! Dan tattonya ditutupi :P Pengen liat juga Doa Yang Mengancam, katanya Aming main serius di situ—meski Aming pernah main serius jadi banci yang sadar di serial Wisata Hati

Dah dulu ah, capek nulis :P

2 Comments:

  • Ambuuuu! *peluk2 Ambu* Makasih ya udah di-review. Aduh, kok kita punya pikiran sama ya? Waktu aku bikin karakter Wulung, yg ada di kepalaku itu si Mushu, "guardian angel"nya Mulan, yg juga diisi suara oleh Eddie Murphy! Hihihi.

    By Blogger Arwen Undomiel, at 12:24 PM  

  • ambuuu :D

    sipp, puti juga pengen nonton LP lagi...

    Tora keren lho... ^_^

    By Anonymous Anonymous, at 7:43 PM  

Post a Comment

<< Home