The Bookaholic Club: Hantu-Hantu Masa Lalu
The Bookaholic Club
Hantu-Hantu Masa Lalu
Poppy D Chusfani
Jakarta 2010, Gramedia Pustaka Utama
264 hlm
Awalnya baca buku ini, disambi nunggu tukang sayur, tukang tahu, tukang kerupuk ... dan hasilnya amburadul. Tiap kali kembali ke buku, harus mulai lagi dari awal, minimal dari awal bab, soalnya bingung yang sedang dibaca itu POV Des, Erin, Chira, atau Tori, wkwkwk! Ini resikonya baca bacaan multi-POV! Tapi, resikonya worthed lah, karena dengan cara membaca seperti itu, ceritanya menjadi menarik.
Usul, TBC3 masukin POV Spunk juga! *nyengir*
Buku kedua ini dibuka dengan adegan Des dan Tori beres-beres buku saat liburan. Seperti biasa, dalam lakon apa saja, kalau diceritakan liburan, sebenarnya tokoh-tokoh cerita kita tidak pernah jadi berlibur--atau kalaupun jadi, cuma sebentar. Lamanya malah ngurus TKP, wkwk! Lihat saja Hercule Poirot, lihat saja Miss Mapple, pokoknya ujung-ujungnya malah kerja XD (dan penulisnya protes: kalo ga gitu, buat apa gua bikin cerita ini? Hihi)
OK, jadi ceritanya Des dan kawan-kawan mau liburan. Mereka CUMA mau ngisi liburan dengan kompetisi mengarang dan membacakan cerpen. Saja. Tanpa hal-hal lain. Tapi ... ya itulah. Baca saja selanjutnya *ditakol*
Sekarang sih Ambu cuma pengen bawel ngomentarin. Hihi.
* Buku Hitam berisi sihir. Buku Merah kemungkinan dimiliki penyihir. Seperti ... buku harian Riddle? Btw, dalam Harry Potter, tidak ada yang memiliki kemampuan membaca aura ya? (terdengar bisikan seperti: bikin fanficnya, hihi)
* [Hlm 69] memeragakan adegan bebek meleter --> terbayang adegan Doris (St Claire) lagi belajar bahasa Prancis XD
* [72] Penyihir yang tinggal di Bogor memang WAJIB untuk belajar jadi pawang hujan. Hihi. Media untuk latihannya banyak, nyaris tiap hari kan penuh hujan-petir ...
* [84 dst] jadi keinget Harry saat keinget Sirius saat ia bertanya pada Nick-Si-Kepala-Nyaris-Putus tentang hantu, dan kenapa seseorang jadi hantu tapi orang yang lain tidak. Yang sudah menyelesaikan urusannya di dunia, takkan menghantui lagi.
Jangan lupa pembagian hantu residual dan hantu aktif :P
* [113] Nah itu. Kenapa Des nggak nyembuhin ayahnya Chira aja ya? Atau dia belum punya kemampuan untuk jadi Penyembuh, minimal bikin Ramuan Merica Meletup gitu *dipelototin Madam Pomfrey*
* [115 dst] Kenapa ya, saat membayangkan seseorang mengorbankan roh seseorang, lalu masuk ke dalam jasadnya, yang kebayang malah film seri Supernatural ya? Tapi season awal-awal, bukan season ke sini yg semakin nggak karuan :S
* [117] Nyehe. Dengan kekuatan bulan, akan menghukummu!!
* [118] 'Aku akan mengurus masalah ini jika terpilih jadi presiden berikutnya, oke?' Wkwkwk! Kasian presiden, segala hal diurusin XD
* [143 dan sekitarnya] perasaan Des jadi Aang dalam Avatar: The Last Airbender deh. Dia mesti menguasai semua elemen, wkwk! Jadi Pengendali Api, jadi Pengendali Air ...
* [175 dan sekitarnya] kalau yang ini, Ambu merasa seperti Torak dalam Chronicles of Ancient Darkness. Di situ rohnya bisa meninggalkan tubuhnya, masuk menggantikan roh binatang apa saja, terbang-berenang-atau apapun, berkelana ke mana saja, melihat atau mendengar apa yang terlihat atau terdengar oleh binatang itu. Sepertinya ... asyik. Tapi melelahkan.
* [193] Di sini terbukti penyihir harus rajin makan! Terutama coklat! Dan terbukti jelas bahwa penyihir aktif tak akan pernah jadi gemuk, wkwk!
* [199] Ambu melihat di sini, emosi tidak dipermainkan sedemikian rupa, sehingga tidak jadi 'sinetron'. Lihat saat Des ngomongin 'ibu-ibu mereka' --> '...ibu kita sudah bisa dikatakan tewas. Lebih baik menguburnya daripada membiarkan penyihir jahat meminjam tubuhnya, bukan?'
Emang susah berlaku logis saat emosi menguasai, dan kelihatannya Des tidak seperti itu, dia masih berlaku logis. Dan ini yang Ambu suka, emosi jangan dibiarkan merajalela dalam tulisan. Jangan jadi sinetron, wkwk!
Tapi, memang kesannya Des itu 'dingin'. Bisa-bisanya dia ngomong tentang ibu mereka dengan nada sedingin itu XP
* [224] Jadi keinget Hermione, eihwaz? Atau apa? Hihi. Rune emang susah ya, harus ditebak bentuk katanya, baru ketahuan artinya. Btw Arwen, kenapa pake Rune ya? Kenapa nggak pake huruf kita, Sansekerta misalnya? *nyengir, ini mah ngerjain penulisnya, wkwk!* *ditakol*
* [257] Des sampai anemia? Berarti sihir berhubungan erat dengan sel darah merah ya, selain juga dengan gula darah *jilat-jilat coklat* hihi.
* [Epilog] Nyehe. Jadi positif, akan ada jilid ketiga! Untungnya, dengan menulis dalam bahasa Indonesia, dengan menggunakan kata 'dia' tidak otomatis tertebak jenis kelamin si 'kepala mafia', bayangkan kalau bab ini ditulis dengan bahasa Inggris, dengan penulisan 'he' atau 'she' akan mengurangi kemisteriusan bab ini *halah*
OK, ini mah bukan review, cuma ngomel-ngomel nggak puguh aja, hihi. Yang penting, BACA! Rugi kalau ga baca! Dan seharusnya Gramedia sudah mulai memikirkan label untuk bacaan-bacaan seperti ini, udah nggak masuk TeenLit, tapi ... TeenFantasyLit? Hihi XP
3 Comments:
Whuaaaaaa Ambu! Cepet banget review-nya udah nongol. Hehehe, makasih ya Mbu. Mudah2an bisa segera mulai nulis buku ketiganya (masih tertimbun naskah terjemahan).
By Arwen Undomiel, at 4:54 PM
Eh? ada sequelnya ya? Ntar beli ah di Gramed, makasih ya atas preview'nya ^^
By Anonymous, at 10:44 PM
tolong dikasih watak setiap tokoh dong.. dan bukti halalaman, kalimat, dan paragraf ke berapa yang menunjukkan watak tokoh tersebut,, makasi :)
By Anonymous, at 8:16 AM
Post a Comment
<< Home