Blognya si Ambu

Tuesday, June 27, 2006

Surat dari Alam Arwah

Abdul Rahman Saleh

Hakim, Jaksa dan Polisi
yang kami hormati

Namaku Eddy
umurku dua puluh tahun
aku mati
karena addiksi

Atau aku ini Tuty
cantik dan seksi
delapan belas tahun
ketika heroina
menggiring aku
ke liang fana

Atau aku berjuta
generasi muda mati sia-sia
mengejar mimpi
di telikung kokaina
di jalan-jalan Jakarta
di tempat-tempat lain
kota-kota kita
lorong-lorong khayali

Ibu dan bapak serta teman kami
masih menangisi nasib
apa yang menghantar
kami ke kubur abadi

Rasanya baru kemarin
bapak dan ibu memomong
mencium kening kami
ketika bangun pagi hari
dan merenung
ketika mereka tua
ada tangan-tangan kekar putra-putrinya
membimbing kakinya
menyeberang jalan atau
pergi ke Mekkah

Tapi sekarang kami di sini
di kuburan dangkal dalam nasib tak pasti
karena overdosis
dan addiksi

Orang tua kami menyesali diri
berkali-kali memukuli tembok
dan ratapan hati
dosa apa Tuhan
menghancurkan keluarga kami
padahal sebenarnya
kami menghukum diri kami sendiri

Bapak, ibu hakim, jaksa dan polisi
atas dasar hak moralitas apa
anda semua masih saja
yang membebaskan para pengedar
bandar dan musuh generasi muda?

Tidakkah bapak-ibu, takut
pada balasan Tuhan
putra-putri bapak ibu
jadi korban penyalahgunaan
dan mati di wc-wc umum
dan di jalan-jalan

Kebahagiaan dunia maya
harta tak halal
yang bapak-ibu terima
tak ada artinya
dibanding nasib berjuta
generasi muda
di libas narkotika

Siapa tahu
nanti akan ada
anak cucu bapak ibu juga

Atas dasar logika mana
anda semua
masih saja
bermain mata membalik-balik kata
serta pasal-pasal
dari bandar ke pengedar
dari pemakai berubah menjadi korban

Seorang pengedar hari ini
akan jadi predator
jutaan anak bangsa
dan ratusan ribu
keluarga Indonesia

Surat ini ditulis dari balik kuburan
alam arwah yang gelap dan nestapa
dari Eddy, Tuty, Rini, generasi muda Indonesia
yang terlanjur binasa

Bapak Ibu Hakim, polisi dan Jaksa
semoga anda semua
masih dapat kesempatan kedua
sedang kami sekarang
bisa didekap sia-sia
hanya surat yang bicara bersuara
memanggil-manggil
kesadaran kita semua

*****

Abdul Rahman Saleh, Jaksa Agung RI
Karya ini dibacakan 24 Juni 2006 malam di Bundaran Hotel Indonesia Jakarta, dalam rangka Hari Antimadat Sedunia. Dimuat di harian Media Indonesia 25 Juni 2006

Monday, June 26, 2006

Parkir Sapu Terbang

Kemarin Ambu ke Jakarta *menghindar dari tatapan amarah Anne dan Lily, hihi* . Sori, sori.. kamerin kan diajak sama Abah. Kalau acara nanti itu, Abahnya ga bisa..

Ini juga mendadak. Soalnya ibu mertuaku pulang dari menjenguk kakak iparku di Medan. Tadinya mau bareng adik iparku yang kerja juga di Medan dan pulang dua bulan sekali. Tapi, anaknya ada yang sakit. Jadi dia pulang duluan. Trus, biasanya yang jemput di Cengkareng itu adik iparku yang satu lagi. Eh, anaknya juga masuk rumah sakit.

Jadi yang di Bandung yang jemput. Jadi yang jemput Abah. Hihi..

Nah, Ambu cuma mau bilang, kemarin waktu parkir di Cengkareng, di sebelah mobil ada pohon (sengaja nyari yang teduh). Dan ternyata pohon itu jadi tempat parkir broomstick.

Apakah ada penyihir yang parkir di dekat mobilku? Mau naik pesawat Muggle? Hayo, yang parkir broomstick di sana, ngaku..

Photobucket - Video and Image Hosting
Pohonnya

Photobucket - Video and Image Hosting
Broomsticknya

Monday, June 19, 2006

Tiga sekaligus

Pembunuhan.
Tiga sekaligus. Pada saat yang berbeda, menunjukkan memang ini direncanakan.

Memang mengerikan, tapi ini nyata. Semua fakta ini CMIIW, didapat dari koran Pikiran Rakyat.

Seorang ibu, namanya AKS. Dia punya latar belakang meyakinkan, ibu seorang dokter, ayah menguasai tujuh bahasa asing, di sana di Boyolali. AKS sendiri kuliah di ITB, konon asalnya Planologi, lalu pindah ke Arsitektur. Menikah dengan alumni ITB juga, Fisika. Punya anak tiga, Faras (6 th), Nazhif (3), Umar (7 bl).

Suaminya tidak mengijinkan dia bekerja. Maka dia menjadi ibu rumahtangga saja. Suaminya sendiri menjadi pengurus masjid, sekaligus pembimbing haji di bimbingan haji di masjid Salman. Melihat anaknya sekolah di TK Zakaria sementara suaminya kerja tak tentu begitu, apakah mungkin ada bantuan keuangan dari ayah-ibunya di Boyolali?

Kamis 8 Juni 2006 pukul 07.30 AKS melepas suaminya bekerja. Pukul 9 pembantunya datang. Kaya’nya pembantu pulang hari ya?

Pukul 10.00 AKS membekap anaknya Umar di kamar depan. Sempat menangis dan pembantunya mendengar, dan agak curiga.

Pukul 13.30 anaknya yang kedua dibekap. Di kamar belakang, dan lalu mayat anak bungsu di kamar depan dipindahkan ke kamar belakang. Disatukan.

Pukul 17.00 anak pertama datang. Ia makan, mengaji, lelah dan tertidur di kamar depan.

Malam hari ia menelepon agar suaminya tidak usah pulang.

Subuh (Jumat 9 Juni) jam 05.00 ia membekap anak pertamanya.

Pukul 07.00 mobil jemputan datang, ia memberitahu bahwa Faras sakit, tidak bisa sekolah. Pukul 09.30 temannya menelepon, menanyakan Faras kok tidak sekolah. Dijawabnya, sakit.

Siang, pukul 11.00 suaminya pulang dan mendapati ketiga anaknya di kamar sudah meninggal.

Dari pertanyaan-pertanyaan polisi kemudian, AKS mengaku telah membunuh ketiganya. Ia mengaku, takut akan masa depan ketiga anaknya. Ia takut tidak bisa membahagiakan mereka. Ia sayang pada ketiganya.

Masya Allah.

Ambu sering membaca di koran, melihat di televisi, orangtua yang bekerja keras membanting tulang, disertai oleh kerja keras juga oleh anak-anaknya, dan berhasil menyekolahkan anak yang banyak, ada yang tujuh, sembilan, bahkan dulu pernah baca seorang janda dengan tigabelas anak, dan semuanya sukses. Tidak semua jadi sarjana memang, tetapi semuanya sukses.

Rejeki memang tidak kita ketahui datangnya. Tetapi rejeki itu harus kita cari. Dan Allah tidak akan membiarkan ummatnya begitu saja.

Masya Allah…

Silakan lihat di Pikiran Rakyat terbitan-terbitan mulai Sabtu 10 Juni hingga beberapa hari kemudian. Trenyuh juga baca Kolom ...

Monday, June 12, 2006

Macem-macem lagi...

Alonso!! Alonso!!

Hihi..

Tadi malem ada undangan. Atasannya Abah ulang tahun. Ternyata beliau sendiri nggak tahu kalau mau dirayakan. Beliau cuma tahu kalau mereka mau makan-makan, plus anak-anaknya yang memang sudah berkeluarga jadi udah ke mana-mana. Malem tadi ngumpul di suatu RM. Sekeluarga, plus semuanya, dari mulai supir sejak dulu (sampai ada yang udah uzur dan ga bisa jalan sendiri) sampai ke pejabat-pejabat.

Pak Djadja ini memang 'mengakar'. Beliau sendiri membahasakan dirinya 'penjaga taman dari desa'. Tamannya ialah keluarganya. Bunga-bunganya adalah istri, anak-anaknya, cucu-cucunya... Dan tadi malem itu untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-65.

Jadi terpaksa Abah nggak bisa lihat Schumy. Cuma di-SMS sama adiknya. Bahwa yang menang adalah Alonso, hihi.. Eh, di HP-ku juga ada yang meng-SMS, ternyata Gunz. Kukira Miyuri, hihi.. Nggak biasanya Gunz nonton Alonso, ternyata dia korban nggak bisa nonton World Cup... Wikikik...

Jadi, para penggemar Schumy, siapkanlah proposal 'Schumy jualan bubur di pinggir jalan' ya? *kabur*

*****

Myu,
Adik-adiknya James udah dibalikin ke Rere, temennya Devina itu. Memang anak-anak kucing itu udah mulai ada yang minta. Jadi, lebih baik Ambu balikin dulu ke Rere, nanti Rere yang nentuin, anak yang ini dikasihin ke siapa...

Kaya'nya sih mereka betina semua. Yang Ambu lihat sih.. belum jelas sih. Tapi matanya... biruu. Kaya' mata kucing Persia.

Oya, kita suka dibilangin: jangan deket-deket sama kucing. Terutama yang asma. Nanti kambuh. Bulu kucing itu pencetusnya. Nah, gimana dengan kucing itu sendiri? Apakah ada kucing yang asma?

Ternyata, menurut Abah, semua kucing itu asma. Coba dengarkan napas mereka. Karena kucing itu tiap hari harus berurusan dengan 'bulu kucing', maka napas mereka pasti berbunyi. Grrr.. grrrr.. grrr, coba deh dengerin kucing bernapas, hihi...

Saturday, June 03, 2006

DEPE

Karena DEPE sudah tereliminasi, huwaaaaaaa!, maka Ambu sekarang balik lagi ga mau nonton. Hihi..

Tadinya Ambu dapet kabar dari Droo bahwa salah seorang anggota Forum Harry Potter Indonesia dulu, dan juga dia masuk milis indo-LOTR, masuk ke Indonesia Idol. Ambu yang biasanya ga pernah nonton semacem gituan, jadi nonton deh.. Tapi karena tadi malem udah tereliminasi, ya ... udah deh. Hiks..

Friday, June 02, 2006

Merryweather

Myu,
Agak telat nih. Itu, masalah Schumy kena hukuman dan harus start paling belakang.

Itu terjadi karena dia 'parkir' di tengah jalan di depan peserta lain kan? Makanya, jangan suka sok. Meski udah jadi juara, harusnya rendah hati, seperti 'den Alonso

*kabur*
hihi

*****

Droo,
Iya, Ambu jadi pengen nengok Mayaza sambil bawa-bawa Merryweather, Flora, dan Fauna. Tapi Maleficent-nya, jangan khawatir, udah ketimpa reruntuhan di Bantul sono..
Photobucket - Video and Image Hosting

Thursday, June 01, 2006

Dingin mbok, ... lapar

DINGIN MBOK....LAPAR.....


tubuh kecilnya bergetar
diseka lusuh wajahnya
dengan baju dekil satu-satunya

adik kecilnya digendong bunda
ragu hati ingin bilang ke ibu
tapi rintih perut cekungnya
tak lagi tertahan

mbok....
wetengku luwe mbok...

suara kecilnya juga bergetar
parau...

separau kaget bunda dalam tatapan bingungnya
untung sikecil sudah bisa tertidur

"sabar yo le....."
sebentar lagi akan diantar sama mas dari Jakarta itu le....
mbok-e juga belum makan le....

diambilnya kain sarung armarhum ayah
yang akhirnya wafat sebelum sampai ke Rumah Sakit
lukanya terlalu parah memang.....

sarung itu dililitkan diperut Joko
anak sulungnya yang kedinginan
hujan malam ini menambah-nambah
keroncong perutnya

dipeluknya sang tole
yang masih menggigil ....

sabar ya le...

lampu badai didepannya
akan segera mati
karena kehabisan minyak

biarlah dalam hati bunda
mungkin kalau gelap
si tole Joko malah bisa tertidur
dan melupakan sejenak laparnya....

begitu do'anya
sambil mendekap kedua anaknya....

( ya Alloh........)

*wetengku luwe = perutku lapar
**le atau tole = panggilan pendek pada anak seperti 'ujang' dlm bahasa sunda

Epri Saqib
http://www.portalinfaq.org