Blognya si Ambu

Thursday, May 23, 2013

[seperti review] Legend

 
 
LEGEND (Los Angeles 2130)
Marie Lu
Alihbahasa: Lelita Primadani
Cetakan 1, November 2012
Mizan Fantasi
382 hlm
 
Legend adalah seri pertama dari trilogi: Legend, Prodigy, Champion. Legend dan Prodigy sudah diterbitkan di AS, menyusul Champion kemungkinan di tahun depan, atau akhir tahun ini. Di Indonesia, baru Legend yang sudah diterjemahkan.
 
Seri ini merupakan seri dystopia. Dystopia, dari wiki Indonesia, didefinisikan sebagai:
 


Distopia adalah masyarakat fiktif yang merupakan antitesis atau berlawanan dengan utopia. Masyarakat distopia umumnya hidup di bawah pemerintah yang totaliter atau otoriter, atau diawasi di bawah pengawasan sosial yang ketat dan menindas. Distopia biasanya terjadi pada masa depan bayangan atau sejarah alternatif, dan eksis akibat perbuatan manusia (merujuk kepada kesalahan yang dilakukan atau malah hanya merujuk kepada tindakan manusia yang sekadar berdiam diri dalam menghadapi masalah).


Atau dalam wiki berbahasa Inggris:
 
A dystopia is a community or society, usually fictional, that is in some important way undesirable or frightening. It is the opposite of a utopia. Such societies appear in many works of fiction, particularly in stories set in a speculative future. Dystopias are often characterized by dehumanization,totalitarian governments, environmental disaster or other characteristics associated with a cataclysmic decline in society. Elements of dystopias may vary from environmental to political and social issues. Dystopian societies have culminated in a broad series of sub-genres of fiction and are often used to raise real-world issues regarding society, environment, politics,religion, psychology, spirituality, or technology that may become present in the future. For this reason, dystopias have taken the form of a multitude of speculations, such as pollution, poverty, societal collapse, political repression, or totalitarianism.

Jadi, di saat kemajuan membawa terang benderang setelah gelap gulita, dystopia ini justru membawa keadaan gelap gulita kembali. Kalau tidak salah, sudah 2 cerita dystopia yang ambu baca, pertama House of Scorpion - Nancy Farmer, dan trilogi Hunger Games - Suzanne Collins. Dan rasanya... err, sepertinya mending berada di saat ini deh, daripada mengalaminya...

Oke, jadi Legend berkisah tentang negara setelah Amerika Serikat, yang terbagi menjadi 2 pihak, satu Republik dan satu lagi Koloni. Keduanya bermusuhan.

Di Republik-lah kedua tokoh kita berada. Day, atau kemudian nanti diketahui namanya Daniel Altan Wing dari kalangan rakyat jelata, dan June Iparis, seorang mahasiswa jenius. Cerita berjalan dengan berganti-ganti POV. Meski demikian, pembaca sepertinya tidak akan bingung karena font-nya dibedakan.

Alurnya standar sih: Day buronan kelas kakap, berasal dari kalangan kumuh, keluarganya membutuhkan obat anti wabah, berusaha mencuri obatnya dari rumah sakit, terpergok Kapten Metias Iparis, melempar pisaunya dan melarikan diri, tetapi kemudian justru menjadi tertuduh atas kematian Kapten Metias Iparis. June Iparis, adiknya, memburu Day. Akan tetapi, saat mereka bertemu, apakah semua fakta memang seperti apa yang mereka lihat?

Terjemahannya lancar mengalir. Pembedaan font untuk POV Day dan POV June juga membantu kita memahami cerita.

Cuma... ada satu yang menjadi kekurangan, yang menjadi 'pamaeh' (bhs Sunda XD) atau 'kartu mati' untuk buku ini: cover. Memang don't judge a book by it's cover, tapi mau apa lagi, dari sekian orang yang saya dengar komentarnya mengenai buku ini selalu mengatakan: "tidak tertarik baca. Abis covernya gitu sih..." Harus dibujuk dulu, harus dikatakan bahwa isinya bagus...

Sangat disayangkan, kemungkinan artist-nya tidak membaca dulu bukunya. Soalnya, sosok laki-laki di cover (dicurigai dimaksudkan sebagai Day) rambutnya hitam cepak, padahal dari apa yang dilukiskan Marie Lu, rambutnya pirang dan panjang. Rasnya Mongolia campur Kaukasus, sementara kesan yang muncul dari sosok cowok itu--menurut anak-anak grup FB novel fantasi--lebih mirip cowok India, acha acha acha!

Padahal (lihat gambar atas) cover aslinya keren! Menurut salahsatu sumber, pake cover asli itu memang mahal, mesti beli rights-nya, tapi kenapa pake gambar yang jauh dari isi buku? Kalau dilihat dari halaman ini edisi-edisi bahasa lain juga covernya beda-beda, tapi keren, kebanyakan mengambil simbol yang ada dari cover asli, atau bikin sendiri, tapi keren! Misalnya seperti edisi Jepang:

 
 
Gyaha, bagaikan cover manga!
 
Nggak sabar menunggu buku keduanya. Ketiganya sekalian XD
 
Memang sih, sepertinya lebih enak nunggu sampai bukunya lengkap dulu, trus mulai baca dari awal sampai tamat. Nggak ada rasa penasarannya. Tapi kalau sudah terlanjur baca buku satu (dan buku keduanya belum diterjemahkan--dari penerjemahnya sih katanya udah, tapi belum dicetak--dan buku ketiganya malah belum terbit) jadi galau-suralau begini...
 
Baiklah. Mari kita menunggu saja dengan tabah XD
 

Tuesday, May 14, 2013

Kucing Pustaka

Ditulis untuk diikutsertakan pada kuis twitter @cinnamoncherry

KUCING PUSTAKA


Jangan berkedip. Jangan berkedip. Jangan berkedip. Jang~ aaaah!

Tidak sampai satu menit juga dia sudah berkedip!

Tidak seru! Tidak seperti korban-korban lain yang dibawa ke mari, melihat rungan yang penuh dengan buku hingga melotot tak berkedip sampai berhari-hari~~oke, itu lebay sekali. Pokoknya, korban kali ini tidak seru!

Ah, sudahlah. Lebih baik aku meneruskan pekerjaanku sehari-hari, bergelung melingkar dan memejamkan mata. Nikmatnya dunia--

--tapi--

"Beneran ini buku koleksi kamu semua?" korban ini maju dari lokasinya, melihat-lihat ke sana ke mari. Suaranya merdu, empuk. Mungkin cantik. Tapi belum kulihat, kan aku masih memejamkan mata...

"Tentu. Makanya kau kubawa ke mari. Mungkin ada buku yang belum kau baca, atau buku yang ingin kau baca dan belum punya--"

Nah. Mulai lagi deh. Rayuannya seperti itu, dari hari ke hari. Dengan korban yang berbeda.

Tapi sepertinya, dari nada suaranya, korban kali ini tidak terbuai dengan rayuan pemuda di hadapannya! Ada nada tak percaya dalam kalimat-kalimatnya! Ha! Mungkin kali ini si pemuda kena batunya?

Jadi sambil memejamkan mata, aku menajamkan telinga.

"Jadi, kamu bebas ke sini kapan pun kamu mau. Bilang saja pada pak satpam di depan, nanti akan dibukakan ruangannya. Untuk itulah perpustakaan ini diletakkan terpisah dari rumah ini--"

Tapi si korban tidak menjawab. Kubuka mataku sedikit untuk melihat apa yang sedang dilakukannya.

Ia sedang memperhatikan susunan buku di sebuah rak.

Lalu berpindah ke rak lain. Pindah lagi. Lagi.

Hm. Tidak seperti korban-korban lain yang langsung memilih salah satu buku, lalu duduk di salah satu sofa, membuka-buka bukunya, membacanya, dan tak sadar bahwa si pemuda menutup dan mengunci perpustakaan, lalu si pemuda memberinya minuman, lalu si korban tak sadarkan diri, lalu-lalu-lalu-lalu, korban ini malah mengerutkan kening di depan sebuah rak.

"Kau sebenarnya tidak suka membaca, ya?" nadanya menuduh.

"Ke-kenapa kau bilang begitu?"

Ha! Rupanya si korban tak begitu mudah ditipu. Mataku benar-benar terbuka sekarang, mengamati apa yang terjadi.

"Tiap kali aku membeli buku, akan kuusahakan membacanya sampai selesai. Ada tumpukan buku yang belum kubaca, masih bersegel, tapi kuletakkan terpisah. Dan satu-demi-satu tentu saja akan kubaca--"

Si gadis aka calon korban itu menarik sebuah buku, masih bersegel plastik, tapi bagian atasnya sudah berdebu--dan menyeringai.

"Tadinya kukira buku ini bersampul plastik, tapi setelah kudekati, ternyata plastik segel. Belum dibuka segelnya. Dan ada banyak buku seperti ini di rak-rak lainnya," tubuhnya berputar, tangannya direntangkan, menunjuk pada rak-rak di sekitarnya. "Dengan demikian, kau tidak membeli dan mengoleksi buku untuk dibaca!"

Saatnya sudah tiba!

"Jadi, sekarang kau tinggal menyerahkan diri saja, pelaku perkosaan berantai!" sahut si gadis, sekilas tangannya masuk ke dalam tas dan mengeluarkan pistol--

Si pemuda refleks menarik kursi di hadapannya dan melemparkan pada si gadis--luput--dan berlari menuju pintu.

Saatnya Memeng Belang beraksi!

Aku melompat ke arah si pemuda, dia kalut dan mempercepat larinya, tetapi aku cepat menempatkan diri di depan salah satu kakinya--

--dan dia tersandung, jatuh tertelungkup.

Tak sempat ia bangun, si gadis sudah mendekatinya, mengeluarkan borgol, menarik kedua tangan si pemuda ke punggung dan memborgolnya.

"Thanks, Memeng!" sahut si gadis, mengedipkan mata padaku.

"Meooong!" sahutku.

Dalam hitungan detik, beberapa orang berseragam polisi masuk ke rumah ini, menuju perpustakaan ini, dan membawa si pemuda pergi.

Gadis itu mendekatiku lagi. Menggaruk-garuk belakang telingaku. "Kucing yang pintar! Punya siapa dia ya?"

Tapi aku tak peduli aku punya siapa. Berjalan kembali ke sofa, aku mencari posisi enak lagi seperti tadi. Bergelung meringkuk, aku meneruskan tidurku yang terganggu barusan.

Baguslah kalau si pemuda itu ditangkap. Dengan demikian, tak akan ada lagi yang mengganggu tidurku di sini.

Krrrr. Krrrr. Krrrr.

FIN



Ehehe. Cerita ga jelas begini XD Tiba-tiba saja muncul di kepala, dan terus menari-nari minta diketik XD

Untuk turut meramaikan kuis #nulisyuk. Cuma meramaikan saja, syukur-syukur bisa menang XDD

Monday, May 06, 2013

Rapid Fire Question

Huwee, malem-malem ditodong Raven XD







Pertanyaan Wajib:



1. nambah atau ngurangin timbunan (buku)?

2. pinjam atau beli buku?

3. baca buku atau nonton film?

4. beli buku online atau offline? (tobuk yg temboknya bisa disentuh)

5. (penting) buku bajakan atau ori?

6. gratisan atau diskonan?

7. beli pre-order atau menanti dgn sabar?

8. buku asing (terjemahan) atau lokal?

9. pembatas buku penting atau biasa aja?

10. bookmark atau bungkus chiki?



1. Nambah atau ngurangin timbunan (buku)



...nambah. Udah diseleksi juga tetep aja nambah.



2. Pinjem atau beli buku



Beli. Apalagi kalau lagi musim diskon-di-pameran-buku-dengan-angka-yang-bikin-gatel-gatel...



3. Baca buku atau nonton film?



Baca. Jarang bisa nonton sih.



4. Beli buku online atau offline? (tobuk yg temboknya bisa disentuh)



Dua-duanya. Online untuk preorder atau untuk buku-buku yang kira-kira sudah jarang ada di pasaran. Offline terutama kalau pameran.



5. (penting) Buku bajakan atau ori?



Ori. Bajakan belum apa-apa udah nggak nyaman: halaman lepas-lepas, cetakan butut...



6. Gratisan atau diskonan?



Diskonan jelas. Gratisan mah (giveaway dll) jarang ada yang nyamperin XD



7. Beli pre-order atau menanti dgn sabar?



Untuk judul-judul tertentu (Harry Potter, misalnya) lebih suka preorder



8. Buku asing (terjemahan) atau lokal?



Dua-duanya



9. Pembatas buku penting atau biasa aja?



Penting



10. Bookmark atau bungkus chiki?



Ada gitu, yang pake bungkus chiki? :p Pembatas buku penting, tapi kalau ga ada bookmark-nya, ya struk pembelian, uang kertas, atau pamflet yang suka diselipin di koran juga jadilah. Bahkan, kalau kepepet, diapalin nomer halamannya....





Sekarang pertanyaan sunnah XD



1. Buku tebal atau tipis?

2. panah atau pedang?

3. makan sambil baca atau makan sambil nonton?

4. hobbit atau peri-rumah?

5. London atau New York?



1. Buku tebal atau tipis?



Tebal



2. Panah atau pedang?



Dua-duanya keren sebenarnya ya? Tapi, Legolas, Srikandi, dan Katniss pake panah, kaya'nya lebih keren...



3. Makan sambil baca atau makan sambil nonton?



Makan sambil baca



4. Hobbit atau peri-rumah?



Er... Dua-duanya sih... Tapi... #pelukSamwise #pelukDobby ga bisa miliiiiiiiih!



5. London atau New York?



Yang lebih deket dengan Hogwarts, ya London XD



Baiklah. Sekarang giliran tebar kerjaan XP



@irisnadika

@aicchan

@nathacalista

@greennsubmarine

@kucingTARDIS



Jawab pertanyaan 1-10 plus pertanyaan sunnah-nya:



1. Buku nyata atau ebook

2. Baca dgn suara atau senyap

3. Buku yg ditandatangani penulisnya: mending ditandatangani di depan kita langsung atau yg pesen/preorder

4. Buku saja atau buku plus asesoris (CD dll)

5. Immortal atau mortal? Kenapa?



Okey, selamat nambah kerjaan XD