Blognya si Ambu

Friday, October 24, 2008

46 dan 18 ...

Ambu kebagian kloter 46. Berangkatnya tanggal 18 November 2008. Jadi kurang dari sebulan lagi.

Kata Abah, angka yang bagus. 46 itu nomernya Valentino Rossi. Wekekek, mentang-mentang udah pasti menang di tahun ini :P

Duh, banyak sekali yang harus diurus. Selain dari barang bawaan, doa-doa hafalan, yang agak membingungkan ialah masih banyak ide FF yang masih belum ditulis, belum lagi ada NaNoWriMo ini ...

Yah, kerjakan saja deh. Selangkah demi selangkah, kata Fin-Kedinn juga. Yang nggak kekerjain, memang sudah tak bisa dikerjain ... :P

*****

Oya, ada surat dari Chris Batty untuk winner tahun lalu, mau nggak dicetak bukunya? Mau dong! Tapi, ngeliat waktunya, masih enam bulan lagi. Ya udah, nanti aja deh. Biar beres urusannya. Kalaupun emmang bisa untuk winner dari luar USA, pengirimannya pasti lama, dan kemungkinan akan datang di saat Ambu lagi di Mekkah. Jadi, biar beres, nanti saja sepulang dari Mekkah.

Dan ... di sana bisa OL nggak ya? Katanya lebih murah kalau ganti kartu SIM pakai yang lokal sana, apa provider mereka bisa menyediakan fasilitas internet ya? Hihi, kebayang sih 40 hari tanpa internet. Kebayang, pulang ke Indonesia dan imel yang masuk, post-post di forum yang belum terbaca ...

Duuuh, ini mau ibadah atau apa sih!
*takol Ambu*

*****

Di Pikiran Rakyat ada rubrik untuk curhat via SMS, ada yang Sora Balarea untuk keadaan Bandung/Jawa Barat, ada juga Halo-Halo Bandung, untuk PERSIB pada umumnya. HHB belakangan ini sering memuat kekesalan orang pada stasiun antv yang konon pilih kasih. Buktinya PERSIB udah berkali-kali nggak ditayangkan.

Padahal ada juga yang tak kalah pilih kasihnya. Koran. Kalau koran PR, tentu saja banyak memuat PERSIB, juga ada Pelita Jaya dan Persikab. Lalu koran KOMPAS, netral. Kadang malah berita PERSIB ditulis dua kali, di rubrik Olahraga dan di halaman Jawa Barat. Kalau kita tidak di Jawa Barat tentu tidak akan menerima lembaran yang itu.

Selain langganan PR dan di kantor Abah langganan KOMPAS, Ambu dapet gratis langganan Koran Tempo. Nah ini kerasa pilih kasihnya. Kalau Persija atau klub lain macem Arema, selalu ada beritanya, tapi kalau PERSIB, walau malamnya ada pertandingan, paginya jarang ada beritanya. Apa mereka memang tidak tahu, atau nulis beritanya berdasarkan apa yang ditayangkan antv jadi kalau PERSIB tidak ditayangkan antv, tidak ditulis?

Tak tahulah.

Thursday, October 23, 2008

Kang Yaya

Biasanya kalau ada imel masuk dan isinya dari salah satu 'teman' mengatakan "Join us in blablabla", Ambu iyain aja. Klik sekali, langsung masuk. Jadi Ambu udah masuk FS, hi5, tagged, facebook, plurk, dan entah apa lagi. Setelah itu, akan banyak datang imel yang berkeinginan untuk 'jadi temen' kita dalam jejaring itu. Kenal atau tidak kenal, kalau tidak begitu mencurigakan, biasanya Ambu klik 'iya' aja. Tapi jarang Ambu lihat isinya, jarang diutak-atik.

Sampai kemarin ada sebuah imel dari 'tagged', isinya:
Kang Y compared you with another friend and thinks...
You are more thoughtful!
You have 1 wins in this category.

Deg!
Ini ... Kang Yaya? Beneran? Yang suka nulis di majalah Mangle?

Ambu kirim message padanya, dan ternyata bener. Ya ampun! Orang yang karangannya di Mangle selalu Ambu tunggu-tunggu!

Euh, dulu Ambu pernah mau nyimpen tulisannya yang di Pikiran Rakyat, kok nggak ketemu ya, susah banget arsip-nya PR. Yang ketemu malah yang dari Kompas, itu juga ada di situs situraja.com, dan yang ada di Persatuan Insinyur Indonesia

Senangnya hatiku! Senangnya hatiku!

Wednesday, October 22, 2008

Hutan-hutan Legenda Tatar Sunda

Diambil dari sini

Hutan-hutan Legenda Tatar Sunda
Senin, 20 Oktober 2008 16:10 WIB
Oleh Usep Romli HM

Banyak hutan di Jawa Barat memiliki nilai legendaris. Selain menjadi penyangga utama lingkungan, hutan-hutan tersebut juga menjadi sumber folklor atau cerita rakyat, yang tercatat dalam dongeng, kepercayaan lokal, babasan, dan paribasa.

Idiom kawas badak Cihea sering muncul untuk menggambarkan seseorang berjalan bergegas, terburu-buru, tanpa melihat kiri dan kanan. Cihea adalah sebuah kawasan hutan dan perkebunan di Kecamatan Bojongpicung, Kabupaten Cianjur. Di situ, konon pernah ada sebuah kerajaan kecil bernama Susuru, sezaman dengan Kerajaan Pajajaran yang berpusat di Pakuan (Bogor).

Sisa-sisa gambaran Kerajaan Susuru, walaupun belum terbukti secara arkeologis, masih tampak hingga sekarang di sepanjang aliran irigasi Sukarama yang berhulu di Sungai Cisokan. Sisa-sisa tersebut, antara lain, berupa lapangan yang disebut alun-alun dan tampian (tempat pemandian).
Hutan Cihea sendiri sudah lenyap ditelan perkembangan pembangunan, apalagi badak penghuninya. Masih untung tercatat dalam babasan yang masih agak terpelihara turun-temurun.

Hutan lain yang dihubungkan dengan satwa badak adalah Cipatujah di Kabupaten Tasikmalaya. Sebuah personifikasi berbunyi kawas diseupah badak Cipatujah menggambarkan keadaan benda yang hancur tak bersisa, hanya tinggal seupah (sepah) atau ampas. Seperti badak Cihea, badak Cipatujah pun sudah lenyap tak berbekas.

Badak di bagian selatan Garut mungkin bernasib lebih baik daripada badak Cihea dan badak Cipatujah, paling tidak mengacu pada informasi pengarang Sunda terkenal, Muhammad Ambri, dalam bukunya Numbuk di Sue yang diterbitkan pertama kali oleh Balai Pustaka pada 1939. Di situ Ambri mengisahkan anak-anak sekolah dari Bandung yang berwisata ke Pantai Cilauteureun, Samudra Hindia.

Sejak keberangkatan dari Bandung, selama di perjalanan dari Cisompet ke laut hingga kepulangan kembali, mereka selalu dirundung malang. Salah satu penyebabnya adalah acara perburuan badak yang dihadiri Kangjeng Dalem (bupati) sehingga semua kuda tunggangan di tepi desa dan kecamatan terpakai oleh para camat dan kuwu yang ikut berburu.

Kehebatan profil badak dan kegaduhan para pemburunya diper-oleh tokoh kuring dari Suanta yang menjadi gundal (pembantu) Juragan Camat yang mendampingi Kangjeng Dalem. Numbuk di Sue merupakan karya fiksi, tetapi cukup akurat mengungkapkan keadaan alam tahun 1930-an yang masih serba sederhana dan lingkungan alamnya masih terpelihara. Karena itu, masih banyak rawa di tengah hutan tempat pangguyangan badak.

Leuweung Sancang
Kawasan selatan Garut memang memiliki hutan legendaris, yaitu Leuweung Sancang. Banyak kisah mengandung kepercayaan (mitos) yang menganggap Sancang sebagai tempat tilem (menghilang) Prabu Siliwangi. Menurut cerita rakyat yang berhasil dikumpulkan oleh panitia Hari Buku International Indonesia yang diprakarsai Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) pada 1972, Prabu Siliwangi mubus (kabur menyelinap) ke arah selatan karena dikejar-kejar anaknya, Kiansantang, agar masuk Islam.
Tiba di Hutan Sancang, ia bersama pengikut setianya menghilang. Prabu Siliwangi mindarupa (berubah wujud) menjadi harimau putih, sedangkan pengikutnya menjadi harimau belang manjang yang disebut maung Sancang. Warna garis-garis hitam horizontal yang memanjang dari arah kepala ke bagian ekor membedakan maung Sancang dengan maung Lodaya, penghuni asli Sancang yang bergaris-garis hitam vertikal.

Konon harimau putih jelmaan Prabu Siliwangi bersemayam di sebuah goa besar bernama Guha Garogol dan sesekali merenung menyendiri di puncak Karang Gajah di dekat muara Sungai Cikaingan. Adapun maung Sancang mendiami rumpun-rumpun kayu kaboa, sejenis pohon bakau, yang hanya terdapat di pantai Samudra Hindia kawasan Sancang.

Hingga pertengahan tahun 1980-an, Hutan Sancang sebagai hutan tutupan suaka margasatwa masih terbilang utuh, tetapi segera mengalami degradasi hebat seiring dengan penyerobotan dan pembalakan liar pada tahun 1998. Salah satu satwa liar penghuni Sancang, banteng, hilang lenyap tak berbekas. Mungkin satwa itu kabur ke arah Hutan Pangandaran yang masih cocok untuk habitat banteng atau mungkin bergelimpangan mati akibat dampak perusakan hutan. Nasib banteng Sancang sangat mirip dengan nasib banteng Cikepuh, Kabupaten Sukabumi, yang juga rusak terkena penyelewengan eforia reformasi.

Area Hutan Sancang kini menyempit karena sebagian terkena pembangunan jalur jalan lintas selatan. Kondisi keamanannya sangat rawan. Kekayaan flora dan faunanya juga sangat menyusut. Selain kehilangan banteng, Sancang juga kehilangan berbagai jenis burung langka, seperti rangkong dan julang, serta harimau, baik maung Sancang maupun maung Lodaya. Jenis kayu werejit yang getahnya mengandung racun keras ikut tumpas bersama kayu-kayu hutan tropis heterogen lainnya. Yang masih tersisa dari Hutan Sancang mungkin hanya legenda dan mitos, yang juga mulai tergerus waktu.

Hutan tutupan
Lebih tragis lagi kondisi hutan tutupan Bojonglarang di dekat Pantai Jayanti, Kabupaten Cianjur. Hutan itu nyaris habis akibat dijadikan lahan jalan jalur lintas selatan dan tapak jembatan Sungai Cilaki. Orang-orang yang lewat berkendara dari dan ke Jayanti rata-rata tidak mengetahui bahwa tanah yang mereka injak-injak adalah bekas hutan tutupan yang hingga tahun 1990-an merupakan leuweung ganggong simagonggong, leuweung si sumenem jati. Hutan lebat dipenuhi aneka pohon dan binatang penghuninya.

Setelah hutan-hutan besar, terkenal, dan penuh legenda seperti Cihea, Cipatujah, Sancang, Cikepuh, dan Bojonglarang sirna dari perbendaharaan geografi Tatar Sunda, hutan mana lagi akan menyusul mulang ka kalanggengan?

Mungkin sekarang giliran hutan kota Babakan Siliwangi, yang sedang diperebutkan para pencinta lingkungan dan pencinta keuntungan yang cenderung mendapatkan dukungan penuh Wali Kota Dada Rosada. Mungkin saja, walaupun hati nurani semua pihak menyatakan jangan dan tidak.

USEP ROMLI HM
Penggerak Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Raksa Sarakan di Pedesaan Kecamatan Cibiuk, Garut

Biar dibaca semuanya ...

Tuesday, October 21, 2008

Jadi, tanggal berapa?

Manasik, udah. Tinggal gladi kotor Sabtu depan. Koper udah dikasih roda. Isinya udah siap sekitar 60 %. Tinggal ... tunggu tanggal mainnya :P

Sekira udah dapet tanggal, akan ada banyak penyesuaian. Terutama di dunia maya. NaNoWriMo, misalnya, selesai ga ya? HPI terpaksa ditinggal sejenak. Banyak ide FF yang harus di-pending. Ambu rencananya bawa catetan biar bisa nulis catetan perjalanan, sekalian kalau ada ide FF nyelonong. Mudah-mudahan diberi kemudahan menulis. Mungkin ... bisa ketemu Gaara naik unta? *ditakol*

Kemaren liat-liat apa yang kurang, di sebuah toko perlengkapan haji, ada suvenir bentuknya seperti snowglobe, tapi di Arab mah mana ada salju, jadi bola/kotak kaca itu isinya miniatur Kabah dan siraman-nya dari pernik-pernik emas, bukan salju. Goldglobe ya, bukan snowglobe :P

Udah dulu ya!

Friday, October 17, 2008

UN bulan Februari

UN bulan Februariiiiiii!

Begitu teriak Dev sepulang dari sekolah kemarin. Beu, bulan Februari? Konon katanya sih, karena bakal ada Pemilu, jadi semua acara digeser-geser...

OK, kalau begitu, Ambu pulang Januari, dan tinggal sebulan lagi kau berjuang! Ganbatte :P

Monday, October 13, 2008

Gambarnya nggak jelas

Kemaren ada kondangan, putra paman. Jadi nggak nonton Voltus, nggak nonton Naruto, dan nggak nonton F1. Sebenernya nonton sih, menjelang akhirnya, saat kita semua udah naik ke mobil, dan nonton di tipi mobil. Tapi, kualitas gambarnya menyedihkan...

Trus SMS ke Myu, tapi lama ga dibales. Biasanya kalo SMS saat balap, Myu paling cepet bereaksi. Ternyata ... Myu ketiduran!
*takol Kimi*
Hihi..

Jadi, yang satu gambarnya burem penuh semut, yang satu lagi burem ga jelas karena lagi mimpi entah apa...

Trus ... kapan kita ketemuan wahai anak-anak HPB? Sabtu ini? Sabtu depan mungkin nggak bisa, tapi kita liat-liat lagi deh. Hayo dong, kangen nih!

Saturday, October 11, 2008

Voltus V!

Kemarin sore, lagi iseng nonton Naruto di GlobalTV, tiba-tiba denger iklan dengan lagu yang tidak asing lagi. Voltus! Beneran!

Voltus V, tiap Sabtu dan Minggu, jam 09.00. Sayang Sabtu dan Minggu ini Ambu nggak bisa nonton, ada acara sodara kawinan... Pengen liat lagi ... Kenichi, Ippei, Heinell! *langsung SMS Arwen dan Jeff* :P

Ya udah dulu deh, ini juga nulis buru-buru. Senin atau Selasa mungkin bisa nulis panjang lebar :P

Tuesday, October 07, 2008

Mirror Mirror on the Wall...

Yah .. post pertama sejak Lebaran (itu jangan diitung ya, *nunjuk-nunjuk post PERSIB* hihi)

Hari kedua ke Panjalu, pulang pergi. Biasanya acaranya diterusin ke Cirebon, tapi tahun ini enggak. Yang ke Panjalu-nya juga hanya Ambu dan Abah, Papuh dan Ena. Dari Cicalengka udah macet, nyampe turunan Nagreg tiga jam. Di pertigaan yang menghubungkan Wado, polisi udah teriak-teriak pake megaphone, Nagreg macet 6 kilometer.

Weis, 6 kilometer ditempuh dalam 3 jam. Pulangnya lewat Wado aja, lancar meski gelap-gelapan. Kenapa Lebaran nggak pernah terang bulan ya?
*ditakol*
Sabtunya koran udah terbit, dan ternyata kemarinnya itu di Nagreg macet 20 kilometer… :P

OK, mau resensi buku nih …


MIRROR MIRROR ON THE WALL


Poppy D Chusfani
Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, September 2008
174 hlm

Ceritanya ringan-ringan berat. Hihi .. Nilai plusnya adalah, bahasanya mengalir, tapi tidak dipenuhi oleh bahasa abegeh. Banyak penulis muda mengira, bahasa yang mengalir itu adalah bahasa gaul. Ya iya untuk anak-anak muda Jakarta, bagaimana kalau untuk anak-anak Klaten, Woloan, … Sedang MMotW ini bahasanya universal. Cie .. cie ..

Buku ini agak berbeda dibandingkan The Bookaholic. Kisahnya bertutur dalam kehidupan sehari-hari, cuma Karin itu ’kebetulan’ saja keturunan Ki Demang Mas Kertadisastra, dan suatu hari setelah bersih-bersih gudang, nemu cermin tua. Cermin ini yang jadi pokok kisah.

Karin sendiri sebetulnya remaja biasa, remaja yang di-bully, tapi pengen eksis. Mulanya cermin ini hanya seperti tempat curhat biasa, dengan host Nyi Rajadharma, Nyi Rajasutri, dan Nyi Rajasita, lama kelamaan ada yang mereka lakukan juga ...

Karena Karin pernah masuk ke alam gaib setelah masuk ke dalam cermin, maka dia juga bisa melihat ’guardian angels’-nya yang berwujud ... dua ekor macan betina. Euh, pengeeeen! *peluk-peluk Cangra dan Wulung* Kocaknya, keduanya tak henti-hentinya bertengkar bagaimana cara yang baik untuk melindungi majikannya ini. Cangra sok jaim, sementara Wulung persis ABG. Lihat bagaimana mereka memperkenalkan diri:

"Oh, maaf,” kata si putih. ”Perkenalkan, aku Cangra.”

”Aku Blackie.”

Ehem!” Si macan putih melirik sebal pada si macan
hitam.

”Apa?”

”Sebutkan nama aslimu, Blackie!”

Si macan hitam mendesah sambil memutar bola matanya. ”Oke, aku Wulung.”

Dan macan juga bisa tersenyum! *peluk-peluk Cangra*

Teman Karin sejak kecil adalah seorang blasteran Belanda, Shawn, dan pada saat ia diberi tahu bahwa Karin dijaga Cangra dan Wulung, hihi .. dia dipanggil apa sama Wulung?



”Percaya sajalah, Jang,” kata Wulung sehingga membuat Shawn terlompat.

Wekekek! Ujang! Ambu ngebayanginnya, kalau ini difilmkan, film animasi, maka pengisi suara Wulung itu pantesnya Eddie Murphy. WALAU Wulung itu macan betina :P

Adegan Bu Sisca saat Karin nembang di saat audisi paduan suara, mengingatkan Ambu pada Profesor McGonagall saat ia menemukan Seeker baru:



”Temui saya di ruang guru setelah audisi ini selesai,” katanya. Kemudian ia menatap Triana. ”Tri, kita telah menemukan solois baru.”

Entah mengapa, yang terbayang itu Profesor McGonagall ngomong ke Oliver Wood, ”Kita telah menemukan Seeker baru.”

Hehe. Dasar Pottermania!

Inti buku ini adalah bagaimana Karin menemukan kepercayaannya sendiri, bukan dengan bantuan cermin atau apapun. Dan seperti biasa, Arwen nggak ingin ada pairing, nggak mau ada pacaran dalam bukunya :P

Quote lain, Ki Belang setelah pertemuan minta tolong Cangra, Wulung, pada Intan dan Kecubung:



“Kita sudahi pertemuan ini dengan peribahasa: Hirup ulah manggih tungtung, perlaya ulah manggih beja,” Ki Belang berdeklamasi.

“Ng … apa hubungannya peribahasa itu dengan masalah ini, Ki?” tanya Wulung.

“Nggak ada. Saya hanya suka peribahasa itu.”

Hihi... Macan tua itu juga bisa ngabodor...

Lalu, sehabis pertempuran:



Shawn memeluk Karin. Karin memeluk Lis. Lis memeluk keduanya. Lama mereka bersimpuh di lantai seperti itu. Karin tak ingin Lis dan Shawn melepaskan pelukan mereka.

”Ahem!”

Karin, Lis, dan Shawn menoleh, melihat Wulung menatap mereka dengan paras tak sabar.

”Aku benci menyela momen Teletubbies ini, tapi rasanya aku butuh pertolongan.”

”Ada apa?” tanya Cangra.

”Jarum rajut Rajasita,” jawab Wulung, ”masih menancap di pantatku.”

Wekekekek!
*peluk-peluk Wulung*

Dan saat Wulung berusaha menyanyi di akhir cerita, kebayangnya Eddie Murphy sebagai Donkey dalam Shrek, tak mempedulikan pendapat orang, teuteup aja nyanyi ...

Yah, sekarang karena Ambu udah baca buku kedua, buku ketiganya udah boleh beredar *ditakol* hihi. Btw, itu mata di sampul buku ketiga ... mengingatkan Ambu pada mata ... Saphira, Thorn, dan Glaedr :P


Buku berikutnya:


THE LAST LECTURE
Randy Pausch
Jakarta, Ufuk Press 2008-10-07
viii dan 305 hlm


Waktu dulu Aki sering bilang begini: Bangunlah dengan senyum, maka kau akan tersenyum sepanjang hari, sedang kalau kau merengut, maka kau akan merengut sepanjang hari. Kira-kira gitu terjemahannya, dari bahasa Sunda.

Buku ini memaparkan semangat yang sama: orang yang divonis hanya tinggal punya waktu tiga bulan karena kanker pankreas, menatap kehidupan dengan senyum. Bukan berkeluh kesah, tapi justru menyiapkan segala sesuatunya agar bila ia tiada, Jai istrinya dekat dengan keluarganya, bila ia tiada, anak-anaknya masih bisa merasa ia mengawasi, dan seterusnya.

Tercekat juga waktu baca soal Kapten Kirk. Waktu baca dia mengasuh keponakannya dengan mobil baru yang boleh diapain aja, dimuntahi juga nggak apa-apa. Waktu dia menulis lema untuk World Book. Waktu dia jadi Imajineer Disney. Waktu muridnya berhasil masuk tim Star Wars…

Sayang Ambu belum sempet nonton VCD-nya, abis player terus-terusan dikuasai anak-anak dengan Avatar: The Last Air Bender :P Dan sori gambarnya butut, soalnya Ambu nggak nemu gambar sampul bukunya yangberbahasa Indonesia, sampul aslinya beda gambarnya.



LASKAR PELANGI

Yang ketiga, bukan buku tapi film. Euh! Belum puas! Kaya’nya mesti nonton tiga sampai empat kali deh!
*peluk-peluk Lintang*
*peluk-peluk Ikal*
*peluk-peluk Mahar*
*peluk-peluk Buaya*
hihi..

Sayang memang, ada yang dipotong, nggak di-shoot, tapi kalau semua adegan mesti masuk, mesti berapa jam filmnya?

Memberi sebanyak-banyaknya, bukan menerima sebanyak-banyaknya. Nah lho, kalau dibalik itu kan jadi semboyan para koruptor sekarang!

Dan kenapa di poster yang terpampang itu nama pemeran dewasa semua? Mestinya keduabelas nama anak dulu, baru Cut Mini lalu Ikranegara. Yang lain kecil aja di bawah. Ini sih, nama anak cuma tiga orang, baris ke sekian lagi. Sementara Lukman Sardi gede-gede di atas, padahal mainnya cuma beberapa menit, teatrikal lagi! Kalah wajar sama anak-anak Belitong, sama anak-anak Gantong!

Tora Sudiro main serius! Dan tattonya ditutupi :P Pengen liat juga Doa Yang Mengancam, katanya Aming main serius di situ—meski Aming pernah main serius jadi banci yang sadar di serial Wisata Hati

Dah dulu ah, capek nulis :P

Monday, October 06, 2008

PKT - PERSIB 1-2

Heuheuy deuh...

Padahal udah mau off, tapi liat hasil PERSIB, jadi aja post. Dikit. Cuma mau bilang kalau Ambu seneng. Udah 3 kali menang, nih.

Moga bisa dipertahankan.

Dah ah, mau bobo :P