Blognya si Ambu

Sunday, February 25, 2007

Selintas saja..

Terima kasih untuk Leny, untuk Spawn, untuk shaven, yang sudah nanya-nanya, yang sudah kasih atensinya via shoutbox maupun via SMS, trus buat Lily, Chryseis, Feinschmeiker, Neng Dini, yang udah cape-cape dateng jauh-jauh ke rumah. Feinsch, makasih visual novel-nya!

Dev udah kembali ke rumah, tetapi masih lemes (walau udah centil lagi) dan sekarang yang lagi anget itu malahan Daffa..

Doain aja ya! Nanti Ambu nulis lagi yang lebih banyak ^_^

Wednesday, February 21, 2007

Poé Basa Indung Internasional

Wilujeng Miéling Poé Basa Indung Internasional
21 Pébruari 2007

Urang riksa basa kuring
urang raksa basa urang
pacuan ditélér-télér
basa ciri sélér bangsa
alat pangwaris budaya
dipalar turun-tumurun
nepi ka rundayan urang

Thursday, February 15, 2007

Macem-macem lagiii, hehe

Faktor nonteknis berupa kekuatan magis dan bola baru diklaim sebagai penyebab kekalahan Persib dari PSDS Deli Serdang 0-2, pada Liga Indonesia XIII 2007, di Stadion Baharoeddin Siregar Lubukpakam, Selasa (13/2). Demikian analisis sementara pelatih Arcan Iurie Anatolievici, ketika ditemui saat rombongan Persib tiba di Puscadnas Jln. Bali Bandung, Rabu (14/2).

http://www.pikiran-rakyat.co.id/cetak/2007/022007/15/0806.htm


Wekekekek.. Akhirnya abah Arcan percaya juga sama magis. Hihi..

*****

Ternyata banjir bukan menghentikan kegiatan ekonomi di Jakarta saja. Banjir dalam arti yang lebih beku (karena di Inggris saat ini musim dingin, jadi ga hujan tapi hujan es) juga menghentikan kegiatan ekonomi di London. Beritanya udah basi sih..

*****

Tulisan Acep Zamzam Noor ini emang enak dibaca. Dan membaca buku-buku yang disebutkannya, jadi pengen nyari. Ada yang udah pernah baca sih, tapi entah di mana bukunya..

Dan konon penutur bahasa Sunda hanya tinggal 30 %? Alhamdulillah, bari jeung ngomongna ngacapruk ge, sakulawargi mah nyarios basa Sunda.. Taktik yang diterapkan: pakai bahasa Sunda dan hanya bahasa Sunda di rumah sejak kelahiran anak pertama. Dan ini didukung oleh Aki, Nyanyah, Ninut, dan Papuh, beserta emang-emang dan bibi-bibi. Jadi, bahasa Indonesia suruh belajar sendiri aja nanti kalau udah sekolah.

Dan memang manjur, Walau anak-anak banyak terimbas bahasa Indonesia, tetapi kalau kita ajak ngobrol bahasa Sunda, lancar-lancar saja.. Malah anak-anak sering ditanyain oleh guru-gurunya: Ari Devina di bumi nganggo basa Sunda nya? Meni lemes.. Ari Diva nganggo basa Sunda nya? Tiasaan nerjemahkeun dongeng.. Ari Daffa di bumi nyariosna basa Sunda nya? Diajak ngobrol nganggo basa Sunda the ngawaler meni sae..

Hihi, padahal Ambu-na basa Sundana ancur kieu.. Terus, katanya mau ada acara di UNPAD, di Aula, nanti tgl 21 Februari, selain dari acara memperingati Hari Bahasa Ibu, juga akan ada pengumuman pemenang Lomba Novelet Anak-Anak. Duh, kalau saja novel yang kemaren selesai diterjemahkan .. Abis ga sempet aja .. Tapi, berbesar hati deh, dengan demikian tahun ini akan ada penerbitan buku anak!! Nyari!!

*****

Tahukan anda bahwa Demam Berdarah itu berbeda dengan Demam Berdarah Dengue? Demam Berdarah biasa, asal dijaga keseimbangan cairan dalam tubuhnya bisa sehat kembali. Karena memang belum ada obatnya. Yang penting, asupan cairan. Dan bukan hanya jus jambu, tapi segala cairan (tentu saja tida termasuk oli dan air aki *bletags*) seperti air putih, kaldu, jus, susu. Hanya susu coklat atau cairan yang berwarna merah/coklat tua harap agak dihindari, karena jika ada muntahan bisa keliru dengan darah. Tapi kalau pe-de nggak akan muntah sih, gapapa.

Karena Demam Berdarah itu pada pokoknya adalah mengentalnya darah. Karenanya yang diperiksa di lab terutama trombosit dan hematokrit (jumlah pengentalan darah) Biasanya 37-45 %, tergantung dari jenis kelamin dan umur. Dengan menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh, pengentalan darah itu tidak akan terjadi. Dan trombosit yang turun secara otomatis dalam hari ketujuh dan sekitarnya, akan kembali.

Sedangkan Demam Berdarah Dengue, yang terjadi adalah, bahasa awamnya, pembuluh darah jadi bolong-bolong. Dan trombosit ‘disuruh’ untuk menambal kebocoran itu, yang semakin lama semakin banyak. Nah, ini yang gawat. Selain infus, harus juga ditranfusi darah untuk mengganti darah yang ‘merembes’ keluar, dan kalau sudah tahap tertentu harus ditranfusi trombosit. Bukan darah umum, tetapi hanya unsur trombosit.

Pasien jadi diem. Banyak minum juga tetapi tidak banyak kencing. Nah ini hati-hati karena cairannya diserap oleh darah di pembuluh yang bocor itu..

Jadi, yang sangat berbahaya adalah Demam Berdarah Dengue. Maka kalau oleh dokter didiagnosa Demam Berdarah tapi disuruh pulang, berarti itu hanya Demam Berdarah biasa. Suruh minum saja sebanyak-banyaknya. Apa saja yang dia suka. Tapi biasanya anak-anak susah kalau disuruh minum ya? Mungkin makanya suka disuruh opname dengan pertimbangan ada infus kalau susah minum..

Lalu, katanya ada 4 macam virusnya, DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Ini Ambu belum dapat keterangan, apa itu semua sama? Apakah ada yang berkecenderungan untuk DBD? Kalau seseorang menderita DBD, apakan dia langsung kena DBD atau dia bermula dari DB? Masih mencari keterangan …

*****

Jakarta udah banjir. Sidoarjo banjir lumpurnya makin ke utara. Mendekati Surabaya. Kebayang nggak sih? Bayangkan kamu ada di laut dan mengangkat pulau Jawa di tengah. Mengangkatnya tinggi-tinggi, tanpa memegang kedua sisinya, sisi timur dan sisi barat. Pasti bagian sisi itu akan … melenoy.. duh, apa sih bahasanya. Hihi.. Melenting, gitu. Pulau Jawa jadi seperti huruf u terbalik. Jadi yang tengah ada di tangan kamu, yang sisi melenting. Nah gitu. Jadi sisi-sisinya masuk ke dalam laut. Nah, itu yang terjadi sekarang. Sisi barat dan sisi timur udah masuk ke dalam laut.

Jadi, tinggal bagian tengah yang masih ada di atas. Yang lain udah masuk laut. Jadi, wilayah yang masih aman untuk ditinggali adalah … Merapi *lirik shaven* Hihi..

*****

Ternyat ada juga yang pakai nomer D 11 VA! Dan Karnival juga, tapi itu sih warnanya biru. Dan dia lewat juga di SD Assalaam. Jadi anak Assalaam tuh. Hehe, siapa ya?

Betewe, kemaren waktu ke sekolah, ada anak-anak pakai kaos (mungkin dia anak sepakbola) merah seperti Manchester United, tetapi tulisannya ‘Assalaam United’ Hihi…

(PS: Oom Setiawan bilang, tanpa sekrinsyut berita jadi basbang. Biarin, Oom, abis waktu itu ga keinget bawa tustel…)

*****

Ada yang merhatiin adzan maghrib TransTV? Pas kalimat ‘Hayya alal falaaaah’ gambarnya kereta api keluar dari setasiun. Ada aja yang merhatiin, kalau di tiang sebelah kanan itu ada bayangan, yang berambut tergerai .. Langsung aja anakku Devina ga mau denger adzan maghrib lagi, minimal yang TransTV. Langsung dipindahin. Yeee, liat dulu baik-baik, moso’ ada kuntilanak di siang hari (gambarnya siang/sore hari).

Tapi, mungkin saja ada yang mau merhatiin, dan bilang ke Ambu, apakah sebenarnya itu?

*****

Ada yang tau teks lagu Jepang dalam iklan ‘Nu tea’? Yang seorang laki-laki setelah minum ‘Nu tea’ tiba-tiba mendadak nyanyi itu, dan cewek di sebelahnya langsung nanya pake bahasa Jepang, ‘bisa bahasa Jepang? Ayo kita nyanyi sama-sama’ tapi si cowoknya jadi tersipu malu karena dia sama sekali ga bisa bahasa Jepang..

Itu, yang “Tumbuhlah tanaman .. bla bla bla..”

*****



Mobil tim F1 McLaren pada musim lalu begitu ringkih. Berkali-kali pembalap mereka pada saat itu, Kimi Raikkonen, gagal melanjutkan balapan akibat mobilnya ngadat. Tak mengherankan, Raikkonen pun hengkang dari McLaren dan bergabung bersama tim tangguh Ferrari mulai musim 2007 ini.

Ironisnya, selama uji coba pramusim 2007, justru mobil McLaren tampil mulus tanpa gangguan, sedangkan mobil Ferrari beberapa kali mogok dihajar problem teknis. Berbagai problem teknis ini menjadi peringatan serius untuk Ferrari menjelang seri perdana musim 2007 di Australia bulan depan. http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0702/14/or/3316333.htm


Wekekek. Jadi, yang rusak itu bukan mobil McLaren, tapi Kimi-nya. Wekekek..

Berikut gambar resmi Fernando Alonso bersama Lewis Hamilton. Diambil dari http://www.canada.com/topics/sports/story.html?id=c6af9987-4b4b-46c0-a311-8ff53345ee16&k=98143 dan http://www.itv-f1.com/News_Article.aspx?PO_ID=38466&PO=38466

Photobucket - Video and Image Hosting

Photobucket - Video and Image Hosting

Alonso rambutnya jadi cepak ya? Suka deh .. Dan mereka saling potret pake hape apa tuh?

Udah ah. Akan disambung lagi di lain kesempatan. Hehe..

Wednesday, February 14, 2007

Persib, huhuhu..

Persib, kenapa dikau? Huhu..

Lagian, Arema di wilayah timur malah menang dari Persebaya. Huuh.. *timpuks Spawn* Hihi..

*****

Udah ada poster dari Bloomsbury dan Scholastic. Tapi cover depannya belum ada. Jadi bukunya masih polos gitu. Download aja di sini untuk Scholastic, dan di sini untuk Bloomsbury. Hm, poster Gramedia? Hihi..

*****

Ini ada countdown dari Mugglenet, tapi bingung nih, mau ditaro di sidebar kepanjangan, mau ditaro di header atau footer, blogger-nya ga nerima, salah terus html-nya. Entah mau diapain nih ..


*****

Hm, mengenai Hadiah Samsudi, tahun depan pasti ada. Soalnya tahun ini kan ada Lomba Menulis Novelet, dan akan diumumkan tgl 21 Februari ini. Bertepatan dengan Hari Bahasa Ibu. Er.. Hari Bahasa Ibu tanggal 21 atau tanggal 22 ya? Pokoknya seneng aja! Dan bertepatan dengan hari ulang tahun Alan Rickman! Yippee! Aki Rickman sina nyarios bahasa Sunda, hihi...

Thursday, February 08, 2007

Hadiah Samsudi Teu Aya deui..

Tahun ini Hadiah Samsudi tidak diberikan lagi ..

Hadiah Sastera "Rancagé" 2007

Dalam tahun 2006, Yayasan Kebudayaan "Rancagé" kehilangan tiga orang pendirinya. Mula-mula dua orang anggota Dewan Pembina, yaitu Prof. Dr. H. Ayatrohaédi (meninggal 18 Februari) dan Prof. Dr. H. Édi S. Ékadjati (meninggal 1 Juni) dan kemudian Ketua Dewan Pengurus Drs. H.R. Déddi Anggadiredja MBA (meninggal 4 November). Innalillahi wa innailaihi roji'un. Semoga ketiganya mendapat ampunan Allah SWT, dosa-dosanya dihapuskan, amal perbuatannya menjadi amal yang soléh, iman Islamnya diterima dengan iklas, dan arwahnya mendapat tempat yang mulia di hadirat Allahu Robbi. Amin ya Robbal'alamin. Kepergian tiga orang pendirinya itu merupakan kehilangan besar bagi Yayasan Kebudayaan "Rancagé". Namun demikian usaha pemberian Hadiah Sastera "Rancagé", dengan bantuan berbagai pihak, insya Allah akan dapat dilanjutkan setiap tahun.

Hadiah Sastera "Rancagé" tahun 2007 adalah yang ke-19 kalinya untuk sastera Sunda, yang ke-14 kalinya untuk sastera Jawa dan yang ke-10 kalinya untuk sastera Bali. Untuk setiap bahasa disediakan dua macam hadiah, yaitu untuk karya yang diberikan kepada pengarang buku yang dianggap terbaik yang terbit tahun sebelumnya (2006) dan untuk jasa yaitu bagi orang atau lembaga yang dianggap besar jasanya bagi perkembangan bahasa ibu yang bersangkutan. Kalau ada yang terbit, disediakan pula Hadiah "Samsudi" bagi pengarang buku bacaan kanak-kanak dalam bahasa Sunda.

Dalam tahun 2006, penerbitan buku dalam bahasa Sunda, Jawa dan Bali lebih marak daripada tahun-tahun sebelumnya. Dalam bahasa Sunda ada 30 judul (tahun 2005 ada 19 judul), dalam bahasa Jawa ada 16 judul (tahun 2005 ada 6 judul) dan dalam bahasa Bali ada 17 judul (tahun 2005 ada 5 judul). Mudah-mudahan kecenderungan kian banyaknya jumlah buku dalam bahasa ibu yang diterbitkan akan terus melanjut.

Hadiah Sastera "Rancagé" 2007 untuk bahasa Sunda Ke-30 judul buku bahasa Sunda yang terbit 2006 itu bukan hanya karya sastera, tetapi tidak termasuk buku ajar. Juga tidak semuanya buku baru, banyak yang cetak ulang. Yang perlu mendapat perhatian khusus adalah penerbitan Kamus Basa Sunda susunan R.A. Danadibrata yang tebalnya 760 halaman format Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus ini disusun selama kl. 40 tahun bukan oleh ahli bahasa, dan semata didorong oleh cintanya kepada bahasa ibunya. Dan setelah naskahnya selesai menunggu lebih dari 30 tahun lagi sebelum terbit. Penyusunnya tak sempat menyaksikan hasil kerjanya terbit.

Buku bahasa Sunda yang terbit tahun 2006 ternyata banyak buku agama, ada yang merupakan terjemahan kitab Barjanzi (Maulid Barzanji Sunda terjemahan H. Sjamsul Arifien terbitan Al-Ma'arif), ada yang merupakan terjemahan Surat Yaa sin yang disertai dengan tilawah dalam bentuk pupuh (Surah Yaa Siin oleh Drs. H.R. Hidayat Suryalaga, KBU), ada yang merupakan terjemahan ayat Al-Qur-an dalam bentuk nadom (Nadoman Nurul Hikmah, oleh H. R. Hidayat Suryalaga, Yayasan Nurul Hidayah), ada kumpulan khutbah Jum'ah (Aweuhan ti Paimbaran, Khutbah Jum'ah & 'Idain, oleh Anwar Azmi dkk, Pustaka Fithri), ada yang berupa surat nasihat kepada anak (Anaking Pupujan Ati oleh H. Ingka Fakkuroqobah, Yayasan Bina Muda, Cicaléngka), dan kumpulan makalah dan bahasan (Ngamumulé Budaya Sunda, Nanjeurkeun Komara Agama, Perhimpunan KB PII Jawa Barat). Maraknya penerbitan buku agama Islam dalam bahasa Sunda sangat menggembirakan karena khutbah Jum'at di masjid-masjid di Bandung dan daerah Jawa Barat lainnya kian kurang yang menggunakan bahasa Sunda. Padahal bahasa ibu lebih menyentuh kalau digunakan untuk menanamkan keimanan beragama.

Ada juga beberapa buku tentang tradisi masayarakat Sunda yang kian hilang, yaitu Sambel Jaér susunan Asép Ruhimat (PPN) dan Tatarucingan urang Sunda susunan Rachmat Taufiq Hidayat, dkk. (KBU), Nu sarimbag & Unak-anik dina Tembang Sunda susunan Apung S. Wiratmadja (PSTS). Buku-buku itu niscaya akan bermanfaat bagi mereka yang hendak mengetahui tradisi budaya Sunda yang hampir tidak dikenal lagi.

Begitu pula kumpulan tulisan almarhum Prof. Dr. H. Édi S. Ékadjati tentang tokoh-tokoh sejarah Sunda berjudul Nu Maranggung dina Sajarah Sunda (Yayasan Pusat Studi Sunda), sangat penting bagi orang-orang Sunda yang hendak mengenal tokoh-tokoh sejarahnya.

Yang istimewa ialah penerbitan UUD 1945 versi bahasa Sunda. Usaha demikian penting sekali, bukan saja karena akan memberi kesempatan bagi mereka yang kurang menguasai bahasa Indonesia untuk mengenal undang-undang dasarnya dalam bahasa ibu yang lebih dikuasainya, melainkan juga sebagai usaha mempergunakan bahasa Sunda untuk penulisan perihal hukum, artinya penggunaan bahasa Sunda sebagai bahasa ilmu (hukum). Seharusnya setiap undang-undang dan peraturan pemerintah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa ibu yang terdapat di seluruh Indonesia agar dimengerti dengan cermat oleh seluruh bangsa.

Sabagai suku bangsa yang terkenal suka bergurau, terbit pula dua buku kumpulan lelucon (Kéom sakedap susunan Syam Ridwan dan Dulag Nalaktak oleh Usép Romli HM, keduanya terbitan KBU).

Sedangkan buku-buku yang dapat digolongkan sebagai karya sastera yang merupakan cetak ulang ialah Béntang Pasantrén (Usép Romli, KBU), Buron (Aam Amilia, Pustaka Arnaldi), Nu Tareuneung (Ki Umbara, KBU), Silalatu Gunung Salak (6 jilid), Pasukan Siluman Haji Perwatasari (6 jilid) dan Album Carpon, ketiganya karya Aan Merdeka Permana. Seperti telah diumumkan, karya cetak ulang tidak dinilai untuk memperoleh Hadiah "Rancagé". Begitu juga karya yang merupakan kumpulan bersama. Yang berupa kumpulan bersama itu ialah Néangan Bulan (Mencari Bulan) karya Chyé Rétty Isnéndés dkk, Surat keur Bandung karya Asép Zamzan Noor dkk, dan Mangsi Asih Kalam Tresna (Tinta Kasih Kalam Cinta) oleh Aam Amilia dkk.

Maka yang tahun ini dinilai untuk memperoleh Hadiah "Rancagé" 2007 ialah Lagu Liwung Urang Bandung kumpulan guguritan Apung S. Wiratmadja (KBU), Rambut Kasih (9 jilid) dan Keroncong ti Kutoarjo karya Aan Merdéka Permana (diterbitkan secara pribadi) dan Oleh-oleh Pertempuran kumpulan cerita pendek Rukmana HS (KBU). Lagu Liwung Urang Bandung (Lagu duka orang Bandung) adalah kumpulan dangding yang dapat dinyanyikan dengan lagu pupuh Tembang Sunda, isinya terutama mengenai kota Bandung, baik pujian maupun gambaran kritis mengenai keadaannya sekarang. Tetapi tak ada yang mendalam, hanya sekedar sentuhan selewat saja.

Cerita-cerita pendek Aan Merdeka Permana dalam Keroncong ti Kutoarjo (Keroncong dari Kutoarjo) merupakan sketsa dan cerita yang bersifat anekdotis yang ringan. Begitu juga cerita Rambut Kasih yang berjilid-jilid itu, merupakan cerita fantasi yang dibangun dengan latar belakang sejarah, namun hanya mementingkan jalan cerita yang tidak selalu ditopang oleh data yang meyakinkan dan kedalaman tukikan kejiwaan. Pengarangnya sendiri bermaksud sekedar menyusun cerita yang akan dapat menarik minat pembaca kepada bacaan bahasa Sunda.

Cerita-cerita pendek Rukmana Hs. yang dimuat dalam Oleh-oleh Pertempuran menarik, karena dalam bahasa Sunda jarang ada cerita yang berlatar belakangkan revolusi kemerdekaan (1945-1949). Meskipun pada masa revolusi, pengarangnya baru berusia 10-14 tahun, namun karena sedikit banyak terlibat juga dalam perjuangan fisik, di samping banyak bergaul dengan tentara, maka cerita-ceritanya walaupun merupakan hasil imajinasi belaka, terasa meyakinkan. Di dalamnya, Rukmana juga mengetengahkan berbagai peristiwa historis yang selama ini hanya beredar secara lisan dengan latar yang wajar, seperti kiriman kosmetik kepada para pemuda Bandung dari para pemuda Surabaya yang mengejek karena dianggap tidak terjun berjuang, tetapi dibalas oleh para pemuda Bandung dengan mengirimkan kepala Gurkha. Ada pula yang mengisahkan tentara Jepang yang setelah Kaisarnya bertekuk-lutut kepada Sekutu, tidak mau pulang ke negerinya, tetapi terus berjuang di pihak Indonesia melawan Belanda, merasa menjadi orang Sunda. Tragedi yang dialami oleh anggota TNI yang pada waktu pulang long march berpisah dengan isteri yang disangka tewas karena jembatan yang sedang dilintasinya dihancurkan oleh bom musuh, dilukiskan begitu hidup. Juga tentang pemberontakan Madiun yang melibatkan para prajurit TNI untuk menumpasnya, terdapat dalam cerita Rukmana.


Cerita-cerita Rukmana berhasil menghidupkan kembali peristiwa sejarah orang-orang Sunda di Jawa Barat dalam berjuang mempertahankan kemerdekaan tanah airnya baik pada masa pendudukan Jepang maupun pada masa perang kemerdekaan melawan tentara Belanda yang hendak menjajah kembali. Penggunaan istilah-istilah yang dipakai pada masa itu menyebabkan ceritanya kian hidup.

Dengan demikian, Hadiah Sastera "Rancagé" 2007 untuk karya dalam bahasa Sunda dianggap patut diberikan kepada pengarangOleh-oleh Pertempuran Kumpulan cerita pendek Rukmana Hs.(lahir di Sumedang, 24 Oktober 1935)Terbitan Kiblat Buku Utama (KBU)

Kepada pengarangnya akan diserahkan Hadiah Sastera "Rancagé" 2007 untuk karya dalam bahasa Sunda berupa piagam dan uang (Rp. 5 juta).

Sedangkan orang yang dianggap berjasa dalam memelihara dan mengembangkan bahasa Sunda ialah R. Rabindranat Hardjadibrata(lahir di Bandung 22 Oktober 1933) Sejak tahun 1964, Rabin menjadi dosen bahasa Indonesia di Departemen Bahasa Indonesia dan Malaya, Universitas Monash, Melbourne, Australia sampai pensiun (1996). Untuk mencapai gelar MA dia menulis tesis di Universitas Monash berjudul Sundanese: a Syntactical Analysis (1984). Ketika dia diminta mengajarkan bahasa Sunda oleh Prof. Dr. C. Skinner, untuk memenuhi kebutuhan pengajaran, dia dianjurkan untuk menyusun kamus Sunda-Inggris. Kamus Sunda-Inggris kedua setelah A Dictionary of Sunda Language yang disusun oleh Jonathan Rigg (1862) itu diberi judul Sundanese English Dictionary terbit tahun 2003, yaitu 141 tahun setelah yang pertama.

Kamus susunan Rabin ini memuat jauh lebih banyak entri daripada kamus susunan Rigg. Penyusunan kamus yang memakan waktu puluhan tahun itu, merupakan sumbangan Rabin sehingga bahasa Sunda terbuka buat mereka yang tidak mengetahui bahasa Sunda, Indonesia atau Belanda. Dengan demikian Rabin berhak menerima Hadiah Sastera "Rancagé" 2007 untuk jasa berupa piagam dan uang (Rp. 5 juta).

Hadiah sastera "Rancagé" 2007 untuk bahasa Jawa

Dalam bahasa Jawa selama tahun 2006 diterbitkan 16 judul buku sastera, sepuluh judul lebih banyak dari tahun sebelumnya. Hal itu bertalian dengan atau terdorong oleh diseleggarakannya Kongres Basa Jawa IV dan Kongres Sastera Jawa II di Semarang. Terdiri dari lima kumpulan cerita pendek (cerita cekak), tujuh kumpulan puisi (guritan), satu kumpulan cerita rakyat, satu kumpulan drama, dan dua roman. Tapi dari ke-16 judul itu, sebagian merupakan kumpulan bersama atau cetak ulang, sehingga tidak dinilai untuk memperoleh Hadiah Sastera "Rancagé" 2007. Yang dinilai hanya tujuh judul, terdiri dari tiga kumpulan cerita pendek, dua kumpulan sajak dan dua roman. Banjire wis Surut (Banjir sudah surut) karya J.F.X. Hoery (penerbit Narasi, Yogyakarta) memuat cerita-cerita pendek yang di antaranya indah serta menyentuh, ialah "Banjiré wis Surut", "Meja Kursi", "Cacat" dan "Gambaré Ora Dadi, Mas". Keempatnya sangat kuat menggambarkan nasib orang kecil di tengah kehidupan sehari-hari yang keras, menggambarkan ketakberdayaan manusia menghadapi nasib. Keindahan yang berdasarkan situasi semacam itu biasanya mengharukan dan menimbulkan katarsis. Kontrol kebahasaan yang kuat dan teliti dalam hampir semua cerita pendeknya menunjukkan kematangan dan penguasaan penulisnya akan bahasa standar Solo-Yogya. Kata-kata ditata dengan baik, tidak ada yang lepas kontrol karena dorongan emosi. Dalam cerita "Méja Korsi" konflik yang bisa terbuka digambarkan menjadi konflik batin pada kedua tokohnya. Dalam cerita lainnya pun pengarang cenderung menghindarkan konflik terbuka, memilih penyelesaian dengan cara halus dan bijak mengajak kita merenungkan berbagai absurditas kehidupan.

Dalam cerita-cerita yang dimuat dalam Panggung Sandiwara (Penerbit Genta Mediatama, Sragén), Daniel Tito memperlihatkan keistimewaannya dalam teknik bercerita. Cerita-ceritanya pada umumnya bagus. Pengarang pandai membuat alur terasa dinamis. Di samping itu semua tegangan terpelihara dengan baik sehingga menimbulkan kejutan yang indah pada akhir alur. Kelemahannya yang menonjol ialah pada penggunaan tatabahasa dan ejaan bahasa Jawa. Timbul kesan ceroboh karena pengarang kurang memperhatikan pemutusan sukukata, seleksi tanda baca dan penulisan kata serapan. Struktur bahasa Indonesia sering tanpa disadari muncul dengan jelas.

Cerita-cerita pendek dalam Ajur! (Hancur, penerbit Gita Nagari, Yogyakarta) karya Akhir Laksono secara keseluruhan belum mampu meninggalkan kesan yang berarti. Cerita sering berakhir terlalu cepat dan pilihan kata dan penggunaan ejaan yang kurang dikuasai pengarangnya menyebabkan cerita kurang lancar dan alur tersendat. Namun pengarangnya masih muda dan energik. Kalau terus menulis dengan meningkatkan penguasaan bahasa dan ketelitian ejaan, tidak mustahil ia akan mengembangkan teknik bercerita yang khas seperti nampak dalam cerita "Ahh...!" dan "Ning".

Dua kumpulan puisi, yaitu Tanpa Mripat (Tanpa Penglihatan) karya Aming Aminoedhin dan Mampir Ngombé (Mampir minum) karya Indri S. Diarwati, diterbitkan oleh Forum Sastera Bersama, Surabaya. Dalam karyanya Aming banyak menulis tentang dirinya sendiri di tengah kebisingan kotanya, lukisan alam, kritik terhadap sikap hidup masyarakat yang dirasanya tidak berhati nurani, walaupun ada beberapa yang religius. Larik-larik puisinya seperti bercerita dengan pilihan metaforis yang transparan tapi tidak mengurangi keindahan karena penyair pandai menjaga jarak estetika. Indri S. Diarwati lebih kuat dalam menunjukkan gaya pengucapan, walaupun orientasi yang menonjol pada puisinya ialah ingin dekat dengan Sang Pencipta. Tapi gaya ekspresinya yang transparan menyiratkan jarak estetika terabaikan, padahal jarak estetika penting untuk membedakan ekspresi sastera dan bukan sastera. Imaji-imajinya yang kuat diwujudkan dalam puisi-puisinya yang pendek semacam epigram seperti "Tekané Candhil", "Pangrasa", "Dalan Sabrang" dll.

Roman Dom Sumurup ing Banyu (Jarum menyusup ke dalam air) karya Suparto
Brata (penerbit Narasi, Yogyakarta), sebelumnya pernah dimuat bersambung dalam Jaya Baya (Desember 1971-Maret 1972), dan pernah terbit dalam versi Indonesia berjudul Mata-mata (Pustaka Jaya, 1979). Cerita yang mengambil latar masa revolusi itu tentang mata-mata yang dimasukkan Belanda ke daerah Republik, padahal dia adalah mata-mata Republik. Seperti dalam cerita Suparto Brata yang lain, roman ini tidak hanya memiliki kekuatan dalam penataan alur, melainkan juga pada kecermatan pelukisan latar dan perwatakan tokohnya. Ronggéng Dukuh Paruk Banyumasan adalah versi bahasa Banyumas yang dikerjakan oleh penulisnya sendiri dari triloginya dalam bahasa Indonesia. Tapi ini bukan terjemahan, melainkan hasil penulisan ulang dalam bahasa ibu pengarangnya. Substansi cerita tidak berubah, tetapi penulisan kembali dalam bahasa ibu itu merupakan hasil transformasi dan dalam karya transformasi niscaya ada perubahan yang dalam hal ini nampak pada emosi pengarang sebagai penutur asli ragam bahasa Jawa Banyumasan yang meluncur dan mewarnai karya tersebut menjadi bernuansa khas, nuansa lokal. Dengan demikian Ronggeng Dukuh Paruk Banyumasan ini menjadi karya utuh dan menggambarkan satu sisi dari lokalitas daerah Banyumas.

Kehadiran karya Banyumasan ini menunjukkan bahwa bahasa Jawa itu tidaklah tunggal, yaitu bahasa Jawa Yogyakarta-Solo saja, tetapi beraneka karena setiap daerah memiliki kearifan lokal. Upaya menunjukkan kebinekaan bahasa Jawa sudah pernah dilakukan oleh para pengarang Jawa Timur antaranya oleh Suparto Brata dan Trinil. Setelah dipertimbangkan dengan matang, maka Hadiah Sastera "Rancagé" 2007 untuk karya dalam bahasa Jawa, ditetapkan Ronggéng Dukuh Paruk Banyumasan

Roman karya Ahmad Tohari (l. di Tinggarjaya, Jatilawang, 13 Juni 1948) Terbitan Yayasan Swarahati, Purwokerto Kepada pengarangnya akan diserahkan Hadiah Sastera "Rancagé" 2007 untuk karya dalam bahasa Jawa berupa piagam dan uang (Rp. 5 juta).

Sedangkan yang dianggap patut menerima Hadiah Sastera "Rancagé" 2007 untuk jasa dalam bahasa Jawa ialah Maria Kadarsih (lahir di Yoygakarta, 6 April 1952). Maria adalah penulis naskah drama berbahasa Jawa yang sangat produktif yang sejak 1983 sampai sekarang (23 tahun) menulis naskah drama radio, seluruhnya sudah ada 1196 judul, disiarkan setiap minggu oleh RRI Yogyakarta. Di samping itu ia pun menulis drama-seri seperti Misteri Pecut Agung, Nyai Sisik dll. untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Dia juga menulis dalam bahasa Indonesia.

Kecuali aktif sebagai penulis, sutradara dan pemain sandiwara radio berbahasa Jawa di RRI Yogyakarta, Maria juga menangani kegiatan yang berkaitan dengan kebudayaan Jawa, khususnya pembinaan sastera Jawa. Dia berkali-kali memperoleh penghargaan untuk kegiatannya menulis drama radio, berupa Penghargaan Swara Kencana dari Deppen (1985, 1993, 1997, 1998), penghargaan Seni dari Gubernur DI Yogyakarta (2001), dll.

Kepada Maria Kadarsih akan disampaikan Hadiah Sastera "Rancagé" 2007 untuk jasa dalam bahasa Jawa berupa piagam dan uang (Rp. 5 juta).

Hadiah Sastera "Rancagé" 2007 untuk bahasa Bali

Dalam bahasa Bali selama tahun 2006 terbit 17 judul buku, 13 di antaranya karya Nyoman Manda. Jauh lebih banyak daripada buku yang terbit tahun sebelumnya (hanya 5 judul). Di samping itu mulai Agustus 2006, surat kabar terbesar di Bali, Bali Post, menerbitkan sisipan 4 halaman berbahasa Bali diberi nama "Bali Orti" yang terbit mingguan dan memuat berita, artikel dan karya sastera seperti cerita pendek, puisi dan cerita bersambung. Penerbitan sisipan ini disambut baik oleh para sasterawan yang menulis dalam bahasa Bali. "Bali Orti" dengan demikian menambah jumlah kalawarta bahasa Bali yang sudah ada yaitu Buratwangi, Canangsari dan Satwa. Bulan Oktober 2006, diselenggarakan Kongres Bahasa Bali yang dalam kesimpulannya meminta pemerintah agar memberikan perhatian nyata terhadap penerbitan karya sastera Bali.

Ada tujuh kumpulan sajak, yang semuanya ditulis oleh Nyoman Manda yang telah dua kali memperoleh Hadiah "Rancagé" (untuk jasa dan untuk karya). Tiga di antaranya patut dicatat, yaitu Kabar Kabar Surat Kabar yang berisi kritik sosial dan isu aktual dalam masyarakat seperti banyak dimuat dalam surat kabar. Yang dua lagi ialah Niti Titi Puttaparthi dan Swara Cakra Kurushetra yang ditulis berdasarkan perjalanan spiritualnya (tirta yatra) ke India.Seperti umumnya karya-karya Nyoman Manda baik drama, cerpen maupun puisinya, bahasanya yang lugas dan temanya jelas. Bahasa yang lugas menyebabkan karyanya dengan mudah bisa dinikmati, termasuk oleh generasi muda yang sering dilanda mitos bahwa berbahasa Bali itu sulit. Dalam hal estetika ekspresi, khusus dalam puisi, Nyoman Manda senang memanfaatkan bentuk repetisi untuk memperkuat arti kata.

Kelugasan bahasa juga nampak dalam cerita-cerita pendek I.D.K. Raka Kusuma yaitu I Balar dan Ngambar Bulan (Menggambar Bulan). Perbedaan penggunaan bahasa terasa dalam cerita-cerita pendek I.A.O. Suwati Sideman yang dimuat dalam
Ngelidin Lawat (Menghindari Bayangan) dan karya Made Suarsa dalam Gedé Ombak, Gedé Angin (Besar Ombak, Besar Angin) yang menggunakan bahasa tingkat menengah dan tinggi (halus). Beberapa judul cerita Made Suarsa bahkan menggunakan bahasa Jawa Kuna. Bahasa demikian terasa indah, namun tidak mudah dipahami, khususnya oleh generasi muda. Hal ini sangat terasa pada karya I Made Suarsa yang oleh kritikus Nyoman Tusthi Eddy disebut sebagai karya prosa liris pertama dalam bahasa Bali modern.

Cerita-cerita pendek Raka Kusuma dan Suwati Sideman tampil dengan struktur naratif yang linear dan tema yang tunggal, sehingga cerita terasa kurang kompleks, kurang menantang untuk ditafsirkan. Mungkin sadar menulis untuk anak muda usia dan sadar hendak menyampaikan pesan tertentu, Suwati Sideman sengaja menjelaskan amanatnya pada setiap akhir cerita.

Cerita-cerita pendek Made Suarsa selain tampil dengan bahasa yang indah, juga ditandai dengan struktur cerita yang relatif rumit, kompleks dan canggih. Walaupun konflik antar tokoh belum maksimal, struktur naratif yang ditandai dengan alur yang kompleks membuat cerita-ceritanya nikmat dibaca. Persoalan yang digali juga terasa dalam dan disorot dari berbagai sudut. Dalam "Rasmining Monang Maning" misalnya, Suarsa melukiskan perbedaan persepsi publik tentang kualitas rumah perumnas dan arti hidup dalam kompleks perumahan yang tak pernah ada sebelumnya di Bali. Sikap realistis dalam era modern tercermin dalam cerita "Mangku Sonteng" yang melukiskan konflik antara tokoh yang mendukung dan yang menolak pembangunan sekolah di tempat yang dianggap angker. Akhir cerita menunjukkan bahwa pembangunan sekolah di tempat yang diangap angker itu tidak berarti menghilangkan nilai kesakralan, sebaliknya pembangunan menawarkan bentuk kesejahteraan dan keharmonisan baru.

Cerita-cerita pendek Made Suarsa merupakan bukti kemampuan pengarangnya dalam menggunakan bahasa Bali dan sekaligus menujukkan potensi bahasa Bali itu
sendiri dalam penciptaan prosa liris. Selama ini keindahan bahasa Bali nampak hanya dalam penulisan puisi tradisional (geguritan, kakawin), namun Made Suarsa membuktikan bahwa keindahan demikian dapat juga dicapai dalam sastera Bali
modern.

Sehubungan dengan itu, Hadiah Sastera "Rancagé" 2007 untuk karya dalam bahasa Bali ditetapkan untukGedé Ombak Gedé Angin Kumpulan cerita pendek karya I Made Suarsa(lahir di Gianyar, 15 Mei, 1954) Kepada pengarangnya akan diserahkan Hadiah Sastera "Rancagé" 2007 untuk karya dlaam bahasa Bali berupa piagam dan uang (Rp. 5 juta).

Sedangkan Hadiah Sastera "Rancagé" 2007 untuk jasa dalam bahasa Bali disampaikan kepada Ida Bagus Darmasuta (lahir 10 April 1962) Darmasuta
menunjukkan komitmen yang sungguh-sungguh dan nyata dalam membina dan mengembangkan bahasa dan sastera Bali, khususnya ketika dia menjabat sebagai Kepala Balai Bahasa Denpasar (1999-2005). Sejak masih mahasiswa di Fakultas Sastera UNUD, Denpasar, dia aktif dalam penulisan puisi dan kegiatan apresiasi dan penyelenggaraan lomba drama dan penulisan drama modern bahasa Bali. Ketika dia baru diangkat menjadi Kepala Balai Bahasa, dia menyelenggarakan Temu Sastera Bali Modern (Desember 1999) yang dihadiri oleh para penulis sastera Bali modern dari seluruh pulau Bali. Dalam acara itu diberikan penghargaan kepada para penulis dan kritikus dengan maksud merangsang pertumbuhan sastera Bali modern. Di samping itu diadakan diskusi yang membahas masa depan perkembangan sastera
Bali modern. Acara Temu Sastera itu berhasil mengakrabkan hubungan sesama penulis dan merangsang para penulis untuk aktif mencipta.

Sebagai Kepala Balai Bahasa Darmasuta merancang program nyata dengan memberikan dukungan moral dan finansial untuk penerbitan majalah sastera Bali seperti Buratwangi, Canang Sari dan Satwa. Dia juga menyelenggarakan lomba penulisan dalam bahasa Bali untuk remaja dan pelajar. Karya terpilih diterbitkan dan didiskusikan dalam kegiatan apresiasi sastera. Kumpulan karya terpilih yang sudah terbit adalah Sekar Jepun (hasil lomba 2001), Layu Setonden Kembang (hasil lomba 2002-2003) dan Purnama (lomba cipta puisi anak se-Bali, 2002). Darmasuta juga membantu penerbitan buku karya sastera, sedikitnya ada 16 judul, berupa kumpulan sajak, roman dan materi Kongres Bahasa Bali V (2005). Tahun 2003 Darmasuta membentuk dan menjadi Ketua Forum Pencinta Sastera se-Bali yang
anggotanya terdiri dari peminat sastera baik bahasa Indonesia maupun bahasa Bali. Setelah berhenti dari Balai Bahasa, dia menjadi Wakil Ketua Badan Pembina Bahasa, Aksara dan Sastera Bali yang melakukan pembinaan bahasa dan sastera Bali, antaranya memastikan palaksanaan Konggres Bahasa Bali setiap lima tahun.

Kepada Darmasuta akan diserahkan Hadiah Sastera "Rancagé" 2007 untuk jasa
dalam bahasa Bali berupa piagam dan uang (Rp. 5 juta).

Hadiah Samsudi

Karena dalam tahun 2006 bacaan anak-anak yang terbit hanya cetak ulang (Nu Ngageugeuh Legok Kiara karya Dadan Sutisna dan Jatining Sobat karya Samsudi)
maka tahun ini hadiah tersebut tidak diberikan.

*Upacara penyerahan Hadiah Sastera "Rancagé" 2007 insya Allah akan dilaksanakan melalui kerjasama Yayasan Kebudayaan "Rancagé" dengan Universitas
Islam Bandung (Unisba) bertempat di kampus Unisba di jalan Taman Sari pada Saptu terakhir bulan Mei 2007.

Pabelan, 31 Januari 2007.
Yayasan Kebudayaan "Rancagé"
Ajip Rosidi
Ketua Dewan Pembina


*****

Sehubungan dengan dimuatnya tulisan "Petaka Sodom dan Gomorah" di harian umum KOMPAS, selain respon dari NAMPA, juga ada surat pembaca dari Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional:

Tulisan "Sodom dan Gomora"

Merujuk tulisan "Sodom dan Gomora" yang dimuat Kompas (19/1) di rubrik Opini halaman 6, bersama ini kami sampaikan hal-hal sebagai berikut: Kami sangat prihatin dengan dimuatnya opini tersebut. Kami berharap penulis melakukan koreksi atas tulisan tersebut, yang isinya sangat menyimpang dari kebenaran ilmiah, khususnya ilmu peternakan, nutrisi pakan ternak, dan kedokteran hewan. Penulisan tersebut juga menunjukkan pendidikan yang salah terhadap masyarakat. Penulisan itu juga melecehkan lembaga ilmu pengetahuan dan pendidikan serta penelitian karena semua isi tulisan tidak ada dasar ilmiahnya yang benar. Tulisan itu tidak ilmiah dan tidak beretika.

Tri Hardiyanto

Ketua Umum Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional



juga ada dari milis tertentu yang dimuat di milis Dunia Ibu:

Teman sejawat, Bapak dan Ibu yth.,

Opini yang ditulis F Rahardi (Wartawan, seniman) di harian Kompas terbitanJumat tgl 19 September 2007 (halaman 6) terkait flu burung (AI) dan mad cow(BSE) memang perlu ada beberapa klarifikasi, terutama di sana tertulis bahwa (1) penggunaan hormon pertumbuhan dalam industrialisasi perunggasan; (2) penggunaan DOC (day old chick; anak ayam umur sehari) jantan yang digiling untuk campuran pakan; (3) sosis (sapi dan ayam), nugget (ayam) dan kornet berasal dari limbah tulang belulang. Pernyataan tersebut menurut saya tidaktepat sama sekali, dan itu dapat membuat kebingungan masyarakat awam, terutama ibu-ibu yang harusnya memberikan makanan protein terbaik untuk keluarganya. Di alam ini, protein hewani lah yang yang memiliki asam amino esensial lengkap yang dibutuhkan tubuh, terutama pada masa pertumbuhan anak(jadi jangan sampai generasi kita relatif lebih buruk dari sebelumnya).

(1) penggunaan hormon pertumbuhan pada unggas tidak lagi digunakan.
Pertumbuhan yang sangat cepat tersebut akibat teknologi genetik yang dapat
menghasilkan ayam dapat cepat tumbuh. Dari aspek ekonomi pun tidak rasional
menggunakan hormon pertumbuhan untuk ayam (broiler). Hormon pertumbuhan (growth hormone) memang masih digunakan pada penggemukan sapi potong di beberapa negara (Australia, Amerika; namun dilarang di Uni Eropa). Mungkin kolega dari pembibitan dan perunggasan dapat lebih menjelaskan hal ini.

(2) Setahu saya, justru DOC jantan malah dipelihara, tidak dijadikan bahan
untuk pakan ayam. DOC jantan (ayam petelur) dipelihara sebagai ayam pedaging,
karena nantinya mirip seperti ayam kampung (tidak sebesar ayam pedaging
broiler). Kolega dari pembibitan ayam (breeder) dapat lebih menjelaskan.

(3) kalau yang dimaksud dengan limbah tulang belulang tersebut adalah
meatbone meal atau MBM (tepung daging dan tulang) sebagai bahan baku
sosis,nugget dan kornet, rasanya tidak mungkin. Mungkin kalo MDM
(mechanicallydeboned meat) digunakan sebagai bahan baku sosis dan nugget, iya.
MDM dikenal juga sebagai Mechanically Recovered Meat (MRM), di Jerman dikenal
sebagai Separatorenfleisch; MDM diperoleh dari sisa-sisa daging yang masih
melekat/menempel pada tulang-tulang (terutama pada tulang belakang, kepala) yang memang masih sekitar 5%. Kandungan kalsium (Ca) pada MDM relatif lebih
banyakdibandingkan daging lain, karena terikutnya material permukaan tulang
bersama daging MDM. Kualitas MDM relatif rendah, dan kandungan mikroorganismenya relatif lebih tinggi dibandingkan daging. Oleh sebab itu,MDM ditangani secara higienis dan sebaiknya segera dibekukan (minus 20 derajat Celcius).
Kalau tidak salah, di Uni Eropa penggunaan MDM dalam produk olahan daging,
terutama sosis, harus dicantumkan dalam label (ingridient). Penggunaan MDM dalam produk daging tidak dilarang; MDM tetap memiliki kandungan gizi. Namun tetap harus diperhatikan keamanan (mikrobiologis) sehingga tidak mengganggu kesehatan konsumen.

Demikian sedikit komentar saya terhadap opini di kompas tersebut.

salam
denny lukman
bagian kesehatan masyarakat veteriner
fakultas kedokteran hewan ipb

Nah, lho, siapa yang bertanggung jawab terhadap pemuatan artikel di KOMPAS?

Wednesday, February 07, 2007

baca koran..

Ini gara-gara males ngisi blog, jadi aja catatan tentang bacaan dari koran bertumpuk ^_^

Cari cepetnya aja ya..

Tulisan tentang pneumonia.

Tulisannya Samuel Mulia, kalimatnya Edward Hutabarat menyentuh, Hand made itu enggak penting, yang penting itu human made..

Wajah Lain Orang Sunda,

Tulisan tentang Vertigo dan Asma

Tulisan tentang kita sudah terlambat

"Jangan pesimistis, banjir Jakarta sekali lagi membuktikan kita bangsa bahari," katanya bergurau.
"Oh, itu moto TNI AL, ’Jalesveva Jayamahe’. Di Lautan Kita Jaya. Siapa yang pantas memimpin Jakarta?"
"Laksamana angkatan laut," jawab dia.
"Oh, kalau begitu Kapten Haddock saja. Atau Popeye The Sailor Man."



Tulisan tentang Sutiyoso, ngambil dari blog-nya Spawnie ^_^

Juga ada tulisan tentang Kapitu, tulisannya Rahim Asyik. Temen sekelas waktu SMA…

Terus ada tulisan tentang penemu muda, yang nggak bercita-cita jadi penemu. Dia ingin jadi tentara. Ya, udah, jadi tentara yag penemu aja. Kan tentara juga perlu temuan-temuan baru..

Dah, baca lagi ...

Berita Banjir

Seorang reporter sedang memberitakan situasi tentang banjir di suatu tempat. Sebagai latarnya, ada segerombolan anak lagi main air di situ. Reporter itu terus membalik badannya dan mewawancarai mereka:

Reporter (R): Ade-ade, kalian seneng main di sini?
Anak-anak (A): *beramai-ramai* Seneeeeeeeeng!
R: Enggak takut sakit? Banyak penyakit lho..
A: Enggaaaaaak!
R: Kalau harus milih, milih yang mana, banjir dan tidak bisa sekolah, atau nggak banjir?
A: Banjiiiiiiiiiiir!

Wekekekek..

Friday, February 02, 2007

Harry Potter and the Deathly Hallows terbit

Thursday 1 February 2007

Publication Date for Harry Potter and the Deathly Hallows

Harry Potter and the Deathly Hallows will be published on Saturday 21st July 2007 at 00:01 BST in the UK and at 00:01 in the USA. It will also be released at 00:01 BST on Saturday 21st July in other English speaking countries around the world.


http://www.jkrowling.com/textonly/en/news_view.cfm?id=97

Banyak penggemar yang akan mempertanyakan, kenapa terbitnya bukan 7-7-07? Itu kan tanggal yang bagus..

Tetapi mungkin kita yang bukan orang Inggris melupakan, tanggal 7-7-05 itu adalah tanggal menyedihkan untuk orang Inggris, tragedi peledakan stasiun King's Cross. Mungkin JKR memang tidak ingin mengenang kejadian itu dengan penerbitan bukunya. Maybe.

Just FYI