Hwaduuuh..
Seminggu kemaren nggak bisa ngepost apa-apa. Mula-mula kompienya rusak. Untung data selamat..
Trus, karena provider belum di-instal, jadi pake Telkomnyet. Lamaaaaaaaaaaaa banget. Biasanya Telkomnyet nggak se-lama gitu. Dan nggak bisa masuk Yahoo, jadi ga bisa liat inbox, ga bisa liat milis.
Jadi sekarang, setelah berajlan baik seperti semula, mesti ngeberesin semuanya, dari mulai yang mesti diketik, sampai apa yang mesti dibaca.
O, ya, Mistake-ku ternyata ada di C2 ini! Yaiy! Ada juga yang baca, hihi..
Lalu, kalau bingung tentang tsunami, dan gejala-gejala alam yang lainnya, bacalah blog ini. Ditulis oleh seorang geologis, jadi pasti paten. Tapi dijelaskan dengan bahasa awam. Ambu juga tertarik baca tulisan ini, jadi bukan sibuk pasang peralatan Early Warning dengan harga selangit tapi kemudian dirusak oleh nelayan jail. Nelayan harus dibuat sadar, dan alam harus dikembalikan.
Dikembalikan? Iya. Ambu heran, kaya'nya tsunami Aceh itu yang pertama buat kita, kok kita kaget. Ternyata dari dulu juga kita sering kena tsunami. Tetapi jarang yang terasa. Karena alamnya masih asli. Banyak hutan mangrove/hutan bakau di pesisir. Rumah nggak terlalu deket ke pantai. Kan ada pepatahnya, 'barang siapa berumah di pinggir pantai, niscaya dilamun ombak' atau semacamnya.
Dan ini juga berlaku untuk bencana lain seperti banjir, dulu banjir air saja, sekarang banyak banjir bandang. Bencana banjir di kala musim kemarau. Longsor. Macem-macem. Itu harusnya kita kembalikan alam kita yang seperti dulu. Nggak usah kita pasang Early Warning atau apalah, yang harganya bertrilyun-trilyun. Yang mengoperasikannya kita nggak bisa. Yang hasilnya mesti dikirim ke mana, dan bagaimana caranya agr rakyat mengetahuinya.
Didik rakyat untuk menyelamatkan diri. Seperti Jepang.
Hijaukan pantai. Hijaukan gunung. Biar nggak ada banjir, biar tsunami nggak masuk terlalu jauh ke daratan. Biar nggak terlalu banyak korban jatuh..
Duh...
Trus, karena provider belum di-instal, jadi pake Telkomnyet. Lamaaaaaaaaaaaa banget. Biasanya Telkomnyet nggak se-lama gitu. Dan nggak bisa masuk Yahoo, jadi ga bisa liat inbox, ga bisa liat milis.
Jadi sekarang, setelah berajlan baik seperti semula, mesti ngeberesin semuanya, dari mulai yang mesti diketik, sampai apa yang mesti dibaca.
O, ya, Mistake-ku ternyata ada di C2 ini! Yaiy! Ada juga yang baca, hihi..
Lalu, kalau bingung tentang tsunami, dan gejala-gejala alam yang lainnya, bacalah blog ini. Ditulis oleh seorang geologis, jadi pasti paten. Tapi dijelaskan dengan bahasa awam. Ambu juga tertarik baca tulisan ini, jadi bukan sibuk pasang peralatan Early Warning dengan harga selangit tapi kemudian dirusak oleh nelayan jail. Nelayan harus dibuat sadar, dan alam harus dikembalikan.
Dikembalikan? Iya. Ambu heran, kaya'nya tsunami Aceh itu yang pertama buat kita, kok kita kaget. Ternyata dari dulu juga kita sering kena tsunami. Tetapi jarang yang terasa. Karena alamnya masih asli. Banyak hutan mangrove/hutan bakau di pesisir. Rumah nggak terlalu deket ke pantai. Kan ada pepatahnya, 'barang siapa berumah di pinggir pantai, niscaya dilamun ombak' atau semacamnya.
Dan ini juga berlaku untuk bencana lain seperti banjir, dulu banjir air saja, sekarang banyak banjir bandang. Bencana banjir di kala musim kemarau. Longsor. Macem-macem. Itu harusnya kita kembalikan alam kita yang seperti dulu. Nggak usah kita pasang Early Warning atau apalah, yang harganya bertrilyun-trilyun. Yang mengoperasikannya kita nggak bisa. Yang hasilnya mesti dikirim ke mana, dan bagaimana caranya agr rakyat mengetahuinya.
Didik rakyat untuk menyelamatkan diri. Seperti Jepang.
Hijaukan pantai. Hijaukan gunung. Biar nggak ada banjir, biar tsunami nggak masuk terlalu jauh ke daratan. Biar nggak terlalu banyak korban jatuh..
Duh...