Pemain Watak
Jaman dulu saat Ambu masih kuliah, atau saat awal-awal menikah, stasiun TV masih belum banyak. Baru TVRI, dan beberapa stasiun swasta, yang jam tayangnya juga belum sampai 24 jam. Karena Ambu baru punya baby, jam nontonnya juga banyak tapi nggak tentu. Kalau baby lagi bobo di ruang tengah, Ambu bisa sambil makan atau nyetrika sambil nonton dan sambil nungguin baby bobo. Internet belum nyampe, baru denger-denger aja, belum ngeliat bentuknya XD
Saat itu, sinetron baru muncul. Arswendo Atmowiloto kalau nggak salah yang turut rame-ramein istilahnya, ‘sinema elektronik’. Apa sekarang ada yang ngeh kepanjangan sinetron itu? Wkwk!
Sinetron saat itu terlihatnya masih ‘rapi’. Satu yang Ambu tonton, ‘Noktah Merah Perkawinan’, Ayu Azhari, awalnya masih enak ditonton. Memang di akhir-akhirnya lebay gitu. Tapi, masih enak lah. Lalu, soundtrack sinetronnya memang sengaja dibuat untuk sinetron itu. Khusus. Jadi kelihatan kalau orang niat banget buatnya.
Soundtrack sinetron sekarang? Denger aja lagu yang lagi ngetop, nggak peduli liriknya nyambung enggak, asal enak didenger, kemungkinan lagunya bakal ngetop, langsung di-tek jadi soundtrack sinetron. Nggak niat banget!
Oke, sinetron kemudian mulai meraja. Ga niat banget nontonnya. Mulai berpaling hati. Muncul Jdorama, yang pertama Ambu lihat itu Tokyo Love Story. Mantep banget!
Salah satu ciri Jdorama (dan kemudian juga Kdrama) adalah tidak ragu untuk sad-ending atau cliffhanger. Nggak harus maksa happy-ending seperti sinetron. Lalu, ada juga open-ending, di mana penonton menafsirkan sendiri. Nggak harus semua dijelaskan sampai sedetil-detilnya.
Contoh soal XD: seorang cewek melihat cowoknya lagi pelukan dengan cewek lain. Dia kaget, bukannya nge-gep, malah nangis. Kaget.
Maka adegannya, dalam Jdorama atau Kdrama, ceweknya nggak ngomong apa-apa, zoom-in, air matanya netes, zoom-out. Udah. Penonton dianggap ngerti, adegan apa, perasaan cewek gimana.
Di sinetron: nyender, nangis, zoom in—kadangberkali-kali, dan sebelum iklan, jadi diulang-ulang—lalu dia ‘ngomong dalam hati’ --> Oh, X (nama cowok) mengapa kau mengkhianatiku, begitu tega kau mendustaiku, aku sedih, blablabla! Penonton dianggap nggak tau apa-apa, dan harus diberitahu: apa yang sedang terjadi, bagaimana perasaan si cewek.
Sedih kan, dianggap penonton yang belegug XD
Makanya kemudian males banget nonton sinetron. Apalagi kemudian banjir sinetron jiplakan, plus soundtrack instan. Semakin males lah nontonnya. Lebih suka lihat Jdorama. Dimulai dari Tokyo Love Story, lalu juga suka Ordinary People. Yg lain lupa judulnya :P
Tapi lama kelamaan, anak jadi tiga, pindah ke rumah sendiri, jadi nggak sempet nonton. Cuma baca-baca sinopsisnya aja. Berikutnya, membanjir juga drama Taiwan dan Kdrama. Walau nggak nonton, ya disempet-sempetin baca-baca sinopsisnya. Kalau bintangnya sih, nggak pada kenal. Selain mukanya sama semua (hihi, abis bintang Jepang-Korea-Cina sama semua sih *ditakol*) nama mereka juga nggak menolong, paling hanya bisa membedakan nama Jepang, Korea, dan Taiwan doang, ga bisa membedakan apakah nama ini nama cewek apa cowok *nyengir*
Sampai suatu ketika, Dev nonton Beethoven Virus. Er .. ceritanya ada di sini. Singkat kata, tersepona sama Kim Myung Min. Er ... kagum mungkin tepatnya. Dalam beragam peran yang ia mainkan, ia bisa jadi orangyang berbeda-beda. Dari forum, Ambu baca, ada banyak yang kecele, nggak menyangka kalau orang yang jadi X di film ABC adalah dia. Kalau Ambu, karena nubi dan dikasitau, jelas ‘terpaksa’ tau kalau dia itu Kim Myung Min, tapi ... teuteup saja ternyata nggak bisa langsung nebak kalau dia itu Kim Myung Min. Wkwk! Belakangan setelah beberapa kali menebak, bisa sedikit ketahuan. Bentuk bibirnya! Euh, kecuali di seri Immortal Lee Soon Shin di mana dia pake kostum berkumisjenggot gitu :P
Yang makin bikin suka adalah, dia ternyata aktor watak! KMM bersiap berlatih 5 bulan sebelum menerima peran Kang Mae dalam Beethoven Virus. Ia menurunkan berat badan sampai 20 kg waktu Closer to Heaven. Baca-baca tentang penyakit Lou Gehrig ini, dan mengamati bagaimana pasiennya bergerak. Lalu tiap syuting, merhatiin sampai ke detil-detilnya, bagaimana seorang penderita Lou Gehrig itu bergerak. Bahkan yang nggak ada dalam skrip.
Kalau dibandingkan dengan bintang sinetron kita yang jadi ‘penderita penyakit anu’ atau buta, tuli, dlsb, kelihatan bener pura-puranya. Wajahnya meringis, tapi nggak mencerminkan di mana sakitnya. Kalau luka, kelihatan bener dikasih saos tomatnya. Kenapa sih, pemain sinetron kita harus selalu kelihatan cakep/cantik? Kalau abis berantem sih kan harusnya babakbelur, bukan teuteup cakep tapi dikasih olesan saos tomat dikit. Kecuali kalau parodi XD Kalau orang miskin, bajunya harus jelek, bukan baju baru. Kalau bangun tidur, jangan kelihatan pake make up! Eurgh!
Nih lihat poster satu drama seri dan dua filmnya KMM, lihat perbedaannya XD
Off-screen:
Beethoven Virus:
Closer to Heaven:
Man of Vendetta:
Emang sih, Ambu nggak bisa kagum sama aktor cakep. Apalagi yang muda-muda. Bisanya cuma kagum sama aktor berkualitas *disambit se-internet*
Saat itu, sinetron baru muncul. Arswendo Atmowiloto kalau nggak salah yang turut rame-ramein istilahnya, ‘sinema elektronik’. Apa sekarang ada yang ngeh kepanjangan sinetron itu? Wkwk!
Sinetron saat itu terlihatnya masih ‘rapi’. Satu yang Ambu tonton, ‘Noktah Merah Perkawinan’, Ayu Azhari, awalnya masih enak ditonton. Memang di akhir-akhirnya lebay gitu. Tapi, masih enak lah. Lalu, soundtrack sinetronnya memang sengaja dibuat untuk sinetron itu. Khusus. Jadi kelihatan kalau orang niat banget buatnya.
Soundtrack sinetron sekarang? Denger aja lagu yang lagi ngetop, nggak peduli liriknya nyambung enggak, asal enak didenger, kemungkinan lagunya bakal ngetop, langsung di-tek jadi soundtrack sinetron. Nggak niat banget!
Oke, sinetron kemudian mulai meraja. Ga niat banget nontonnya. Mulai berpaling hati. Muncul Jdorama, yang pertama Ambu lihat itu Tokyo Love Story. Mantep banget!
Salah satu ciri Jdorama (dan kemudian juga Kdrama) adalah tidak ragu untuk sad-ending atau cliffhanger. Nggak harus maksa happy-ending seperti sinetron. Lalu, ada juga open-ending, di mana penonton menafsirkan sendiri. Nggak harus semua dijelaskan sampai sedetil-detilnya.
Contoh soal XD: seorang cewek melihat cowoknya lagi pelukan dengan cewek lain. Dia kaget, bukannya nge-gep, malah nangis. Kaget.
Maka adegannya, dalam Jdorama atau Kdrama, ceweknya nggak ngomong apa-apa, zoom-in, air matanya netes, zoom-out. Udah. Penonton dianggap ngerti, adegan apa, perasaan cewek gimana.
Di sinetron: nyender, nangis, zoom in—kadangberkali-kali, dan sebelum iklan, jadi diulang-ulang—lalu dia ‘ngomong dalam hati’ --> Oh, X (nama cowok) mengapa kau mengkhianatiku, begitu tega kau mendustaiku, aku sedih, blablabla! Penonton dianggap nggak tau apa-apa, dan harus diberitahu: apa yang sedang terjadi, bagaimana perasaan si cewek.
Sedih kan, dianggap penonton yang belegug XD
Makanya kemudian males banget nonton sinetron. Apalagi kemudian banjir sinetron jiplakan, plus soundtrack instan. Semakin males lah nontonnya. Lebih suka lihat Jdorama. Dimulai dari Tokyo Love Story, lalu juga suka Ordinary People. Yg lain lupa judulnya :P
Tapi lama kelamaan, anak jadi tiga, pindah ke rumah sendiri, jadi nggak sempet nonton. Cuma baca-baca sinopsisnya aja. Berikutnya, membanjir juga drama Taiwan dan Kdrama. Walau nggak nonton, ya disempet-sempetin baca-baca sinopsisnya. Kalau bintangnya sih, nggak pada kenal. Selain mukanya sama semua (hihi, abis bintang Jepang-Korea-Cina sama semua sih *ditakol*) nama mereka juga nggak menolong, paling hanya bisa membedakan nama Jepang, Korea, dan Taiwan doang, ga bisa membedakan apakah nama ini nama cewek apa cowok *nyengir*
Sampai suatu ketika, Dev nonton Beethoven Virus. Er .. ceritanya ada di sini. Singkat kata, tersepona sama Kim Myung Min. Er ... kagum mungkin tepatnya. Dalam beragam peran yang ia mainkan, ia bisa jadi orangyang berbeda-beda. Dari forum, Ambu baca, ada banyak yang kecele, nggak menyangka kalau orang yang jadi X di film ABC adalah dia. Kalau Ambu, karena nubi dan dikasitau, jelas ‘terpaksa’ tau kalau dia itu Kim Myung Min, tapi ... teuteup saja ternyata nggak bisa langsung nebak kalau dia itu Kim Myung Min. Wkwk! Belakangan setelah beberapa kali menebak, bisa sedikit ketahuan. Bentuk bibirnya! Euh, kecuali di seri Immortal Lee Soon Shin di mana dia pake kostum berkumisjenggot gitu :P
Yang makin bikin suka adalah, dia ternyata aktor watak! KMM bersiap berlatih 5 bulan sebelum menerima peran Kang Mae dalam Beethoven Virus. Ia menurunkan berat badan sampai 20 kg waktu Closer to Heaven. Baca-baca tentang penyakit Lou Gehrig ini, dan mengamati bagaimana pasiennya bergerak. Lalu tiap syuting, merhatiin sampai ke detil-detilnya, bagaimana seorang penderita Lou Gehrig itu bergerak. Bahkan yang nggak ada dalam skrip.
Kalau dibandingkan dengan bintang sinetron kita yang jadi ‘penderita penyakit anu’ atau buta, tuli, dlsb, kelihatan bener pura-puranya. Wajahnya meringis, tapi nggak mencerminkan di mana sakitnya. Kalau luka, kelihatan bener dikasih saos tomatnya. Kenapa sih, pemain sinetron kita harus selalu kelihatan cakep/cantik? Kalau abis berantem sih kan harusnya babakbelur, bukan teuteup cakep tapi dikasih olesan saos tomat dikit. Kecuali kalau parodi XD Kalau orang miskin, bajunya harus jelek, bukan baju baru. Kalau bangun tidur, jangan kelihatan pake make up! Eurgh!
Nih lihat poster satu drama seri dan dua filmnya KMM, lihat perbedaannya XD
Off-screen:
Beethoven Virus:
Closer to Heaven:
Man of Vendetta:
Emang sih, Ambu nggak bisa kagum sama aktor cakep. Apalagi yang muda-muda. Bisanya cuma kagum sama aktor berkualitas *disambit se-internet*