#indonesiajujur Aku Ingin, Aku Tak Ingin
Waktu aku sekolah dulu,
di propinsi timur Indonesia,
tanahnya berdebu,
maklum, air sangat berharga, daripada
untuk menyiram tanah lebih baik untuk minum
Aku ingin sekolah anak-anakku lebih baik.
Terkabul.
Ketiga anakku bersekolah di propinsi barat pulau Jawa
pohon-pohon di mana-mana
air mengalir dengan derasnya
Dulu aku berjalan kaki ke sekolah
pulang pasti kepanasan sangat
Aku masih ingin anak-anakku berjalan kaki ke sekolah
jangan jauh-jauh
dalam kompleks saja
sambil saling menjemput teman-teman
Tak terkabul
Anak-anak sekarang sekolahnya jauh-jauh
harus pakai mobil jemputan, atau angkutan kota
Dulu gedung sekolahku butut
aku ingat, ada pintu kelas yang tak bisa ditutup rapat
soalnya pintunya cuma sepotong, bagian atas
kalau 'ditutup' pun, kucing bebas keluar masuk
Aku ingin anak-anakku mendapat yang lebih baik
Terkabul
Gedung-gedung sekolah anak-anakku keren-keren
bertingkat pula!
Dulu guru-guruku sederhana
jalan kaki juga ke sekolah
paling-paling naik sepeda
kalau denger lagu 'Umar Bakrie'-nya Iwan Fals
banyak yang seperti itu
tua, tanpa pamrih
mendidik, bukan sekedar menghabiskan materi ajar
Aku ingin guru-guru anak-anakku lebih baik nasibnya
Terkabul
Guru-guru sekarang banyak yang bawa motor tahun terbaru
mobil merk ternama
hape tercanggih
Tetapi aku masih ingin guru-guru anak-anakku mendidik, bukan mengajar
bukan sekedar menghabiskan mata ajar
bukan menjadikan sekolahnya sebagai
lulus 100% dengan NEM selangit
Tapi,
'Bukan yang congkak,
bukan yang sombong,
yang disayangi handai dan taulan,
hanya anak yang tak pernah
bohong,
rajin belajar, peramah dan sopan
Tapi, sampai sekarang aku masih was-was
apakah anak-anakku akan dididik sedemikian?
atau sebaliknya?
Sombong
Bohong
Tak sopan
.
.
.
.
Aku iri sangat pada Tetsuko Kurayanagi dan gerbong-gerbong kereta apinya...
Bandung, 15 Juni 2011, 17.09 WIB