Anak-anak memang beda. Bahkan untuk saudara kandung sekalipun.
Devina, sudah mulai belajar membaca atas keinginannya sendiri saat ia baru berusia 3,5 tahun. Umur 4 tahun ia sudah lancar membaca dan menulis. Pas kenaikan kelas ke kelas 2, ada film Harry Potter. Ambu ajak dia nonton, habis itu membelikan buku Harry Potter untuknya. Dia senang sekali, malah tidak membutuhkan waktu lama hingga buku Harry Potter 4 selesai dibaca.
Sedang Diva, lebih senang menggambar. Hingga dia berusia 6 tahun dan saatnya masuk SD, dia belum bisa membaca. Membacanya masih dieja. Sudah kelas 2 sekarang, kalau tidak ada PR, dia lebih senang mewarnai. Daripada melancarkan membaca atau menulis. Melihat buku Harry Potter –sudah ada Harry Potter 5 terjemahan—malah
ngabirigidig. Sedang Devina, sekarang sedang berusaha membaca Harry Potter 6 yang berbahasa Inggris, walau akhirnya dia bilang: nanti saja tunggu terjemahannya…
Nah, sesudah Minggu kemarin, Diva ternyata juga duduk membaca dengan Devina! Kenapa? Hari Minggu bibi mereka (adikku) mengajak anak-anak nonton
Charlie and The Chocolate Factory. Devina bilang, di buku ada ini-itu, di filmnya ada ini-itu. Kalau di bukunya begini-begitu, sedang di filmnya begini-begitu. De el el. Diva tertarik. Dan, … jadilah dia membaca buku Charlie and the Chocolate Factory dari koleksi kakaknya. Sekarang dia cepat-cepat menyelesaikan pe-ernya agar bisa membaca Charlie…
*****
A Horcrux is the word used for an object in which a person has concealed part of their soul [
HPHBP, Bloomsbury, 464]
… even if one’s body is attacked or destroyed, one cannot die, for part of the soul remains earthbound and undamaged [
464-465]
Jadi inget
House of Scorpion. Kapan ya, diterbitkan
bahasa Indonesianya?
Buku ini mengisahkan Matt, seorang
kloning. Alkisah adalah Matteo Alacrán (El Patrón) drugs king di wilayah yang diberi nama Opium (sekarang Mexico, konon). Drugs king itu sudah berusia 140 tahun, karena dia mempunyai beberapa orang klon untuk ditransplantasikan pada tubuhnya bila ia menderita penyakit tertentu. Klon-klon ini tidak diberi otak karena hanya akan diambil organ-organ tubuhnya saja. Perkecualian dengan Matt, karena El Patrón menginginkan klon yang sempurna.
Matt menjalani kehidupan yang sempurna, sampai tibalah saatnya ia mendapat giliran harus diambil organ tubuhnya demi kelangsungan hidup El Patrón…
Ambu baca review buku ini, jadi pengen baca. Dan jadi membandingkan dengan horcrux yang dikisahkan oleh JK Rowling. Bukankah, dengan kloning juga, Muggle bisa membuat horcruxes untuk melambatkan kematiannya?
Kloning adalah horcruxes bagi Muggle…
Dan tadi pagi datanglah SPS (=Short Parchment System, SMS bagi para Muggle, SPS agi para Wizards/Witches…) dari
Joshua Waterby.
I want to you guys to know that in real life, things like horcrux does exist.
Dan kami membahas tentang pohon yang tumbang di depan istana kalau ada anggota keluarga kerajaan Sri Hamengkubuwono meninggal, tentang orang-orang tua yang sudah tuuuaaaa banget dan nggak mati-mati padahal dia udah segala sakit, dan baru bisa mati setelah dia ‘dilepas’ dari ‘pegangannya’, biasanya dengan kibasan daun kelor, dll…
Memang, ada banyak orang yang merasa immortality itu membuat dia menjadi merasa berkuasa… Padahal, lebih baik punya umur yang diberkahiNya, iya kan? O, ya, hari ini
Joshua nanyain, kalau kurcaci itu ‘seseorang’ atau ‘sesuatu’? Kalau dari bacaanku (kebanyakan Tolkien sih) kurcaci itu disebut ‘seorang’. Di dalam literatur Tolkien, manusia, kurcaci, elf, hobbit, semua disebut dengan ‘seorang’.
[Btw, dalam Tempo kemarin, ada tulisan tentang orang mini di Flores, dan dengan enaknya penulis menjulukinya ‘Hobbit Flores’. Eh, apa memang udah resmi gitu, julukan Hobbit Flores? Hehe]
Balik lagi ke
Joshua, jadi aja kita ketawa-ketawa via SPS, membayangkan kalau ‘hantu’ itu disebut ‘seorang’, ‘sebuah’, ‘selembar’ (karena tipis dan bisa masuk-masuk dinding), atau bahkan ‘sesiung’ *jitak Joshua lagi, hihi* Bayangin aja: ‘
Tiga lembar hantu melayang menembus dinding’ atau ‘
tiga siung hantu melayang menembus dinding’ hihihi…
*****
Anak-anakku terbiasa tidur di kamar yang gelap kalau malam. Lampunya biasanya yang remang-remang. Dengan demikian, anak-anakku jarang punya acara ‘tidur malam dan bikin orangtua melek’ gara-gara nggak bisa tidur. Walau se-segar apapun mereka, bawa aja ke kamar, matiin lampunya, dalam setengah jam mereka akan tidur.
Satu-satunya yang pernah bikin ‘acara’ malem itu cuma Daffa, dia suka bangun jam 12-1 an dan nggak bisa tidur lagi. Tapi, lagi-lagi karena kebiasaan tidur di kamar yang gelap itu, serumah digelapin (kecuali lampu luar, dong) dan dia akhirnya tidur sendiri dalam gelap. Ini juga hanya selama beberapa minggu saat dia umur 3 tahun-an…
Ambu pernah baca dulu, entah di mana, kalau orang sudah masuk dalam fase tidur nyenyak, matanya istirahat. Kecuali kalau retinanya mendapat rangsangan, berupa cahaya. Jadi buat mereka yang biasa tidur dengan lampu menyala, berarti retina matanya nggak pernah dapet waktu buat istirahat. Walau kelopak matanya ditutup. Dan ini biasanya berpengaruh pada ke-awetmuda-an (nah lho, ibu-ibu biasanya langsung curiga denger-denger kata ‘awet muda’) karena alat-alat anggota tubuhnya tidak pernah mendapat istirahat yang secukupnya.
Hm. Nanti Ambu cari lagi deh, ada artikel tentang itu nggak ya, di internet?
*****
Waktu Daffa masih dapet ASI full dan belum dapet makanan (6 bulan pertama), nyusunya kuat banget. Setengah jam sekali! Sampai Ambu selalu merasa haus kalau abis menyusui. Dan Daffa nambah berat badannya pesat banget, 1-1 ½ kg sebulan. Makanya tu’ anak guendut banget.
Sekarang?
Beratnya cuma 17 kg. Makannya susah banget, kecuali kalau disuapin. Masa’ sih anak mau 6 tahun masih disuapin? Tapi, daripada nggak ada apa-apa yang masuk, terpaksa Ambu menyuapinya. Begitu juga kakak-kakaknya. Yang di milis
indo-LOTR pasti masih inget bahwa Devina pernah bilang, dia pengen makan makanannya elf di buku-bukunya Tolkien, lembas. Habis, cukup satu sehari, hihi..
Apa anak-anak dikasih ASI lagi aja ya? Biar nambah 1 kg sebulan?
Hihi….